Jelang Lengser, SBY Terima Gelar Profesor
Berperan Dalam Demokrasi dan Strategi Pertahanan Bangsa
jpnn.com - JAKARTA - Semakin banyak kado yang diberikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di akhir masa pemerintahannya. Paling gres, petinggi Partai Demokrat itu akan mendapatkan gelar guru besar atau profesor. Gelar prestisius di kalangan ilmuwan itu diusulkan oleh Universitas Pertahanan Nasional (Unhan) dan disematkan Kamis depan (12/6).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh membenarkan pemberian gelar guru besar untuk SBY itu. "Jalur yang dipakai adalah status dosen tidak tetap," kata Nuh di ruang kerjanya kemarin.
Dia mengatakan usulan pemberian guru besar SBY oleh Unhan. Nuh mengatakan usulan itu telah ditelaah oleh tim di Kemendikbud.
"Terlepas dari suka atau tidak suka, Pak SBY menurut saya berhak menerima gelar guru besar ini," katanya. Nuh menuturkan, sejumlah tokoh pernah meraih gelar guru besar dari status dosen tidak tetap dan tidak ada yang mempersoalkannya.
Mereka adalah mantan kepala Badan Intelejen Negara (BIN) A.M. Hendropriyono oleh Sekolah Tinggi Intelejen Negara (STIN) dan mantan Jamwas Kejagung Marwan Effendi dari Universtias Sam Ratulangi (Unsrat).
Nuh menuturkan untuk penetapan guru besar bagi dosen tidak tetap, berbeda dengan dosen tetap (PNS). Untuk dosen tetap, syarat menjadi guru besar terkait dengan angka kredit, beban mengajar, dan sejenisnya. "Sedangkan untuk dosen tidak tetap, aturannya berbeda," tandasny Nuh.
Ia menuturkan SBY ditetapkan sebagai guru besar karena berhasil mengkonversi tacit knowledge yang dimiliki menjadi explicit knowledge. "Tacit knowledge adalah ilmu yang tidak kelihatan," tandasnya.
Menteri asal Surabaya itu menuturkan, capaian SBY yang dinilai untuk pertimbangan pemberian gelar professor itu adalah kinerjanya sebagai presiden dimasa demokrasi hingga strategi pertahanan negara.
Khusus untuk urusan strategi pertahanan, Nuh mengatakan SBY menjalan kebijakan mulai dari sisi anggaran hingga menjadikan Indonesia sebagai peace keeping atau penjaga perdamaian dunia. "Setelah itu urusan pertahanan juga menjadi kebijakan industry pertanahan," kata dia.
Nuh menegaskan terdapat perbedaan mencolok antara guru besar dosen tetap dengan dosen tidak tetap. Untuk guru besar dosen tidak tetap, Nuh mengatakan yang bersangkutan tidak mendapatkan tunjangan kehormatan sebagai guru besar sekitar RP 12 juta hingga 13 juta per bulan
Mantan rector ITS itu mengatakan, dia akan menyampaikan pidato dalam pengukuhan guru besar SBY itu. Dalam pidatonya nanti, Nuh bakal menyampaikan bahwa pemberian gelar itu sebagai wujud membangun nilai trandisi memberikan apresiasi konstruktif. Tujuannya menumbuhkan budaya atau kultur berlomba menjadi yang lebih baik.
Secara pribadi Nuh pernah mengikuti perkuliahan yang diampu SBY. Dia mengatakan ketika menjadi dosen, relatif SBY menyampaikan bahan kuliah secara sistematik. "Ini penilaian pribadi saya," tandasnya. (wan)
JAKARTA - Semakin banyak kado yang diberikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di akhir masa pemerintahannya. Paling gres, petinggi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Demo di Depan DPD PKS, Ikatan Santri Jakarta Minta Suswono Diadili
- Pemuda Muhamadiyah Harus Siap Hadapi Tantangan Politik Menuju Indonesia Emas 2045
- Kasatreskrim Ditembak Kabag Ops di Sumbar, Kadiv Propam Bilang Begini
- Namanya Dicatut Oknum Wartawan di Sejumlah Daerah, Edi Lemkapi Bakal Lapor Polisi
- Mahasiswi Mengaku Korban Pelecehan Seksual Manajer BUMN Cabut Laporan, Alasannya
- Kabar Terbaru Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, soal Kondisi AKP Dadang