10 Bocah Terindikasi Stress Akut
Kamis, 04 November 2010 – 06:29 WIB
Artinya, sambung dia, selama di pengungsian anak-anak tak akan memikirkan bagaimana nasib keluarganya ke depan dan sebagainya. Mereka hanya memikirkan hal-hal yang bersifat konkrit yaitu pengalaman yang ada di depan mata. "Senang saja diajak menggambar," ujar Ria, 6, salah seorang pengungsi.
Selain mengajak menggambar pengungsi anak-anak, para relawan juga mewawancarai orangtua si anak. Hasil interview menunjukkan bahwa potensi depresi pengungsi dewasa lebih besar ketimbang anak-anak. Salah satunya karena pengungsi dewasa acapkali berpikir abstrak tentang keberlanjutan hidupnya pascabencana.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana Eko Triyono mengatakan anak korban bencana Merapi yang tinggal di tempat-tempat pengungsian. Pengalaman menghadapi bencana dikhawatirkan akan berpengaruh pada kondisi mental mereka. "Mereka terdiri dari anak-anak usia sekolah Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Dasar yang Pengungsian itu tersebar di enam Kecamatan," katanya kemarin.
Menurut dia, jumlah pengungsi anak-anak terbanyak berada di Kecamatan Srumbung, yakni mencapai 1215 anak. Sisanya, di Kecamatan Muntilan (238 anak), Sawangan (252 anak), Salam (580 anak), Mungkid (172 anak) dan Dukun (619 anak).
MAGELANG-- Kekhawatiran akan terjadinya gangguan psikologis terhadap anak pasca erupsi merapi benar-benar terjadi. Sepuluh anak yang tinggal dipengungsian
BERITA TERKAIT
- Nelayan yang Hilang di Bangka Barat Ditemukan, Begini Kondisinya
- Bocah di Palembang Terseret Banjir dan Tenggelam, Begini Kejadiannya
- Pemilik Saham BPR Fianka Pekanbaru Ditangkap, Begini Kejahatannya
- 35 Pelamar Lulus SKD CPNS Natuna & Berhak Ikut SKB, Persiapkan Diri dari Sekarang
- Pendaftaran PPPK 2024 Tahap II Pemkot Mataram Dibuka, Ini Pesan Pak Taufik Priyono
- Mendes Yandri Dorong Kolaborasi Pemda dan Pemdes untuk Kemajuan Desa Mandiri