10 Partai Gurem Pasrah ke SBY

JAKARTA -- Sebanyak 10 partai pendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono yang tergabung dalam 'Forum Partai Politik Indonesia Maju' menyatakan sikapnya terkait penyusunan kabinet mendatang. Mereka tidak menuntut jatah menteri dan menyerahkan sepenuhnya pengisian kursi kabinet ke SBY. Ke-10 parpol itu adalah Partai Matahari Bangsa (PMB), Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB), Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Indonesia Sejahtera (PIS), Partai Patriot (PP), Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Persatuan Daerah (PPD) dan Partai Pelopor.

Jubir forum tersebut, Didi Supriyanto mengatakan, ke-10 partai tetap akan konsisten mendukung SBY-Boediono. "Prioritas kami adalah mendukung SBY-Boediono dan menyerahkan sepenuhnya penyusunan Kabinet SBY-Boediono periode 2009-2014 kepada Presiden terpilih serta memberikan dukungan terhadap semua kebijakan dan program-program pembangunan pro rakyat," kata Didi yang juga PlH Sekjen Pimpinan Kolektif Nasional Partai Pembaruan Demokrasi (PKN-PDP), di Jakarta, Kamis (23/7). Didi menjelaskan, ke-10 partai itu belum membahas mengenai kemungkinan menggabungkan diri atau berfusi menjadi satu partai.

Mereka saat ini mengintensifkan pertemuan lintas partai politik pengusung SBY-Boediono, sebagai tanggung jawab dukungan yang dilakukan secara korektif, obyektif, kritis, konstruktif dan efektif, dengan bertumpu pada kepentingan seluruh masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, serta bagi integritas kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Terkait rekapitulasi suara oleh KPU saat ini, Forum menyatakan mendukung putusan KPU mengenai siapa yang akan ditetapkan sebagai presiden-wakil presiden terpilih. "Mencermati berbagai perkembangan yang terjadi menjelang penetapan hasil perhitungan suara Pemilu Presiden 8 Juli 2009, kami menyatakan mendukung sepenuhnya apapun keputusan KPU tentang hasil penghitungan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 8 Juli 2009 lalu," kata Didi Supriyanto. (fas/JPNN)