10 Tahun Kesulitan Siswa, Kini Menjadi yang Pertama

10 Tahun Kesulitan Siswa, Kini Menjadi yang Pertama
10 Tahun Kesulitan Siswa, Kini Menjadi yang Pertama
Dalam system belajar mengajar, Ponpes ini mencontoh pendidikan ala Nabi Muhammad SAW, model pendidikan ala "Keyatim Piatuan". "Maksudnya, para santri akan meniru menjadi yatim piatu seperti Rosulullah Muhammad SAW. Sebab, selama menjadi santri, diwajibkan untuk berdiam dan menempati asrama yang sudah disediakan," kata pria kelahiran 12 Desember 1957 lulusan Fakultas Psikologi sebuah universitas kenamaan di Jogjakarta ini.

Menurut kakek berjenggot putih ini, para penghuni pondok hanya diizinkan pulang setelah melalui izin dari pengurus ponpes. Harapanya, agar anak belajar berprilaku mandiri dan tertib. "Kami bukan bermaksud memenjarakan mereka. Justru dari sinilah kami membuka sistem demokratis antara santri dan pengurus pondok pesantren dalam satu forum tertentu," paparnya.

Harun Alrozid prihatin, selama ini pondok pesantren selalu dinilai oleh berbagai kalangan dengan nada tidak berimbang. Ia mengambil contoh, teroris selalu dihubung-hubungkan dengan keberadaan ponpes. Kemudian, tak jarang siswa-siswi lulusan pesantren dicap tidak memiliki daya saing dan lain sebagainya. "Namun kami membuktikan pesantren telah terbukti andil dalam mencerdaskan kehidupan. Kami juga juara dalam UNAS lho mas," tandasnya.

Disinggung mengenai teroris, ia malah tersenyum. "Kami berjuang dengan buku dan tinta," unkapnya. Ia menilai perkembangan dan maraknya penangkapan teoris yang dihubung-hubungkan dengan pesantren, adalah pernyataan prematur.

Anggapan bahwa mutu pendidikan pesantren tertinggal jauh dibanding sekolah formal, ditepis Pondok Pesantren (ponpes) Al-Hkmah Gunungkidul. Dinas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News