100 Hari Pertama Joe Biden Tak Segaduh Donald Trump, tetapi Apakah Lebih Baik?
jpnn.com, WASHINGTON DC - 30 April ini pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden genap berusia 100 hari. Dibandingkan dengan pendahulunya, Donald Trump, tiga bulan pertama pemerintahan Biden relatif senyap.
Tapi jangan salah, banyak hal sudah dicapai Joe Biden, tanpa satu umpatan terlontar dari mulut sang presiden, pun tak ada kontroversi sekalipun AS tetap dipusingkan oleh rasisme yang kini menyasar warga keturunan Asia.
Juga, tak ada orang dalam dan anggota kabinet yang berkata lain dan melangkah tidak seiring dengan sang commander in chief.
Semua kompak, semua bergerak seiring. Senyap tapi dengan tujuan besar nan pasti yang fokus kepada target, tujuan, dan pencapaian.
Biden mencatat banyak hal yang bukan saja menjadi pembalikan besar dari pemerintahan sebelumnya, namun juga mewujudkan hampir separuh janji-janji politiknya.
Kantor berita Associated Press menyebutkan presiden yang lama berkarya sebagai senator sebelum mengisi kursi Gedung Putih itu, telah mewujudkan banyak janji yang dia lontarkan sebelum menjadi POTUS atau Presiden of The Unites States, 20 Januari lalu.
Hasilnya mengesankan. Dari 61 janji politik selama kampanye Pemilu tahun lalu itu, 25 di antaranya dipenuhi, hanya dalam 100 hari.
Gebrakan-gebrakan Biden terbilang radikal. Dia mengajukan anggaran belanja senilai hampir 15 persen dari produk domestik bruto AS yang sudah disetujui Kongres sebagai undang-undang untuk dioperasikan di lapangan.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden bakal selalu dibanding-bandingkan dengan Donald Trump, bagaimana 100 hari pertamanya?
- Pesawat PSA Airlines dan Heli Militer Tabrakan di Udara, Donald Trump Murka
- Donald Trump Dilantik, Upbit Indonesia Analisis Dampaknya bagi Industri Kripto di RI
- Kemkomdigi Mencatatkan Sejumlah Langkah Strategis pada 100 Hari Pertama
- LBH Pelita Umat Kecam Ide Trump Merelokasi Warga Jalur Gaza
- Presiden Trump Sebut Microsoft Tertarik Mengambil Alih TikTok
- Waka MPR Sebut Usulan Trump soal Relokasi Warga Gaza sebagai Upaya Pembersihan Etnis