11 September

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

11 September
Menara kedua World Trade Center terbakar setelah ditabrak pesawat yang dibajak, 11 September 2001. REUTERS/Sara K. Schwittek

Koalisi pemenang Perang Dunia Kedua kemudian melakukan bagi-bagi pampasan perang. Amerika Serikat menguasai Eropa dan Uni Soviet menguasai Eropa Timur. Tidak pakai menunggu lama, dua kekuatan besar yang awalnya menjadi Sekutu langsung pecah kongsi memilih jalan sendiri.

Soviet menjadi pemimpin blok komunis dan Amerika menjadi pemimpin blok liberal.

Perang panas berakhir dan berganti menjadi perang dingin. Amerika dan Soviet sama-sama menyadari bahwa mereka mempunyai kemampuan senjata yang berbahaya, yang bisa saling menghancurkan dalam hitungan detik. Perlombaan senjata terus terjadi, tetapi tidak pernah ada perang terbuka. Kedua negara lebih sering saling gertak dan saling ancam, dan tidak pernah saling serang.

Sistem ekonomi sentralisme kolektif Soviet ternyata keropos di dalam. Sistem ekonomi komunis bertumpu pada kekuatan negara.

Semua alat produksi dikuasai oleh negara, tidak ada peran swasta di dalamnya. Sosialisme bercita-cita menciptakan masyarakat tanpa kelas ‘’sama rata, sama rasa’’, ‘’dari masing-masing menurut kemampuannya, kepada masing-masing menurut kebutuhannya’’.

Sistem ini hanya bertahan setengah abad. Pada 1990 satu per satu negara komunis ambruk. Puncaknya adalah bubarnya Uni Soviet pada 1990 yang disusul dengan jatuhnya seluruh rezim komunisme di Eropa.

Amerika menjadi penguasa tunggal dunia. Sistem kapitalisme-liberal memproklamasikan diri sebagai kampiun di planet bumi tanpa ada pesaing, seng ada lawan.

Francis Fukuyama, pemikir Amerika berdarah Jepang, mengumumkan dalam bukunya ‘’The End of History and The Last Man’’ (1992), bahwa sejarah telah berakhir dengan kemenangan kapitalisme-liberalisme Amerika.

Peristiwa 11 September 2001 mengejutkan sekaligus mengguncang keyakinan, ternyata Amerika bukan penguasa tunggal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News