15 Persen Remaja Sudah Berhubungan Badan di Luar Nikah
"Dengan mengetahui dampak seks bebas itu, bahkan kita harapkan remaja berkata tidak pada sex bebas, sebagai tanggung jawab pada diri mereka," kata Delyuzar.
Dikatakan Delyuzar, dalam penyampaian pengetahuan itu, harus diiringi kearifan guru dan orangtua. Dengan begitu tujuan membentengi bagi remaja dapat tercapai.
"Tunjukkan rasa empati dengan dampak seks bebas, dengan berdialog dan siap menjadi teman curhat bagi remaja," ujar Delyuzar seperti diberitakan Sumut Pos (Jawa Pos Group) hari ini.
Dijelaskan Delyuzar, kondisi itu karena seks dinilai menyeramkan, tabu, tidak etis, jorok, haram, dosa dan jijik, sehingga tak disampaikan, walaupun dalam konteks pengetahuan.
Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu, penasaran, ingin merasakannya, hingga akhirnya menjajalnya.
Dengan begitu, lanjut Delyuzar, timbul permasalahan, di antaranya ketiadaan dan kesalahan informasi, prilaku munafik dan juga kebodohan.
"Jumlah itu sangat mengejutkan dan menakutkan. Jika dibiarkan, berbahaya. Bahkan, dalam menangani masalah ini, harus melibatkan lintas sektoral," ujar Delyuzar mengakhiri.
Terpisah, dr Benny Satria menjelaskan, kelainan reproduksi mencakup pada kesehatan reproduksi, keadaan dan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh.
MEDAN - Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Medan, Sumatera Utara, baru saja merilis sebuah pernyataan yang mengejutkan.
- Jika Koridor 1 Transjakarta Dihapus, Harga Tiket MRT Jakarta Bakal Disesuaikan
- Pemkab Biak Numfor Merealisasikan Pembayaran Tunjangan Sertifikasi Guru 2024
- Arus Mudik Nataru, KM Labobar Angkut 20 Ribu Penumpang di Papua
- Juhana: Jangan Sampai Ada Kisah Oemar Bakri di Kota Bogor
- AQUA Elektronik Menyalurkan Bantuan Kepada Korban Bencana Alam di Sukabumi
- Penikam dan Penggorok Leher Guru di Kampar Tertangkap