16 Seniman Indonesia Tampilkan Karyanya di Festival Seni Multikultur Australia
Mulyana
Pemuda kelahiran Bandung yang kini menetap di Yogyakarta mengangkat kehidupan di bawah laut dalam karya seni rajutan. "Ini menjadi pengingat bahwa laut jika tidak dijaga dengan baik maka kekayaan dibawahnya akan musnah di kemudian hari," tegasnya.
Ia membutuhkan waktu tiga bulan untuk dapat membuat rumput laut, karang laut, dan mahluk di dalam airnya dalam rajutan.
"Rajutan saya pilih karena bisa dibawa kemana-mana dan fleksibel," kata Mulyana yang mengaku cuaca di Melbourne saat ini sedang enak dan terpukau dengan kebersihan kotanya.
Tisna Sanjaya
Seniman Indonesia yang namanya tidak asing lagi membawa proyek terbarunya, sebuah pusat kebudayaan Cigondewah. Cigondewah adalah nama sebuah desa di Jawa Barat, yang menurutnya terkenal indah, dengan sawah subur dan air yang bersih serta agamanya, yakni Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
"Tapi akibat proses globalisasi, sekarang telah terjadi perubahan. Air menjadi kotor karena banyak plastik, sawah telah berganti menjadi pabrik plastik dan print yang limbahnya langsung dibuang ke sungai," jelasnya.
Ia pun merasa agama Islam yang ada disana telah seringkali mendapat bayaran 'politik' sehingga menjadi fragmantis dan kerap menimbulkan kericuhan diantara para penganutnya.
Festival seni multikultur yang bernama 'Mapping Melbourne' digelar untuk memperkenalkan seni budaya kontemporer Asia di Indonesia. Tahun
- Jumlah Penularan Kasus HMPV Terus Bertambah di Tiongkok, Virus Apa Ini?
- Dunia Hari Ini: Facebook dan Instagram Akan Berhenti Menggunakan Mesin Pengecek Fakta
- Dunia Hari Ini: PM Kanada Justin Trudeau Mundur karena Popularitasnya Menurun
- Program Makan Bergizi Gratis Diharapkan Menyasar Anak Indonesia di Pedalaman
- Dunia Hari Ini: Etihad Batal Lepas Landas di Melbourne karena Gangguan Teknis
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025