16 Tewas Akibat Aksi Koboi Polisi

16 Tewas Akibat Aksi Koboi Polisi
16 Tewas Akibat Aksi Koboi Polisi
Ironisnya, kata Neta, sejumlah korban penembakan ternyata tidak mendapat bantuan polisi. Korban penembakan di Mesuji, Lampung misalnya sampai 17 November 2011 mengaku belum mendapat bantuan biaya perawatan dari Polri. "Padahal mereka menjadi korban penembakan membabi buta aparat keamanan di Lampung," tegasnya.

IPW prihatin, jika di masa orde baru aparat ABRI yang cenderung diperalat pengusaha. Tapi, kata dia, setelah reformasi  para pengusaha cenderung memanfaatkan dan memperalat polisi. "Dengan dalih menjaga keamanan dan menjaga objek vital, polisi cenderung mengedepankan sikap represif yang dulu di zaman orba dipertontonkan ABRI," ujarnya.

Kenapa polisi cenderung represif, Neta mengatakan,  karena uang sudah membutakan mata hati mereka. Uang sudah membuat mereka tidak independen. Uang telah memperalat para polisi untuk memusuhi rakyat kecil. Polisi cenderung membiarkan dirinya menjadi satpam yang menghamba pada perusahaan-perusahaan yang membayarnya. "Yang memang bayarannya lebih besar ketimbang gaji mereka dari negara," jelas dia.

Maka dari itu, ia mengatakan untuk menghidari polisi terus menerus diperalat perlu ada kontrol yang kuat dari DPR dan DPRD serta negara. "Lalu atasan kepolisian harus terus menerus mengingatkan anak buahnya bahwa tugas mereka melindungi rakyat dan bukan menghamba kepada para pengusaha berduit," kata Neta S Pane. (boy/jpnn)

JAKARTA--Indonesian Police Watch (IPW) prihatin dengan banyaknya korban 'aksi koboi' anggota polisi. Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane, mengatakan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News