17 Tahun di Taman Lawang, Kini Merintis Jadi Pengacara

17 Tahun di Taman Lawang, Kini Merintis Jadi Pengacara
Yulianus Rettoblaut. Foto : Ridlwan Habib/JAWA POS
 

Selama kuliah, Yuli merasa tidak pernah mendapatkan perlakuan diskriminasi. Bahkan, Rektor Universitas At Tahiriyah Dr Suryani Thaher justru menganggap leberadaan Yuli sebagai mahasiswa kampus itu merupakan berkah. "Gara-gara kamu, At Tahiriyah terkenal di mana-mana lho, Yul," kenang Yuli menirukan komentar rektor kampusnya."

 

Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas At Tahiriyah Hamdan SH MSi memuji sikap gigih Yuli dalam belajar. "Dia cepat paham dan menguasai perkuliahan," kata Hamdan saat dikonfirmasi secara terpisah.

 

Skripsi Yuli berjudul Hak Kerja Kelompok Minoritas dan Perda DKI Jakarta pun berhasil dipertahankan dalam ujian dan mendapat nilai A. "Kami senang bisa mempunyai alumnus seperti Yuli," kata Hamdan.

 

Yuli berasal dari suku pedalaman Asmat di Papua. Dia lahir pada 30 April 1961 sebagai anak ketujuh di antara sebelas bersaudara pasangan mendiang Petrus Rettoblaut-Paskalina Hurulean. Di desa kelahirannya, Yuli mengenyam pendidikan SD dan SMP dalam kondisi yang serba terbatas. Menginjak bangku SMA, barulah Yuli mengenal kehidupaan yang lebih kompleks di Kabupaten Merauke.

Komunitas transgender alias kaum waria masih dipandang sebelah mata masyarakat Indonesia. Hinaan, cacian, dan pengucilan adalah "makanan"

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News