17 Tahun di Taman Lawang, Kini Merintis Jadi Pengacara
Sabtu, 21 Agustus 2010 – 08:08 WIB
Selepas SMA, tepatnya pada 1978, Yuli memberanikan diri merantau ke Jakarta. "Saya merasakan ada panggilan jiwa sebagai wanita," ujar Yuli.
Dia kuliah hingga semester IV di sebuah universitas swasta di Jakarta Selatan sebelum dropout karena dikhianati "sang kekasih" pada 1984.
Seperti patah hati, gairah hidup Yuli saat itu langsung ikut drop. Bahkan, kehidupannya menjadi tidak keruan. Dia makin nekat dan turun ke jalan menjajakan diri. "Hampir 17 tahun saya mangkal sebagai PSK," katanya berterus terang.
Lokasi rutin dia mangkal itu di kawasan Taman Lawang, Jakarta Pusat, dan kawasan Prapanca, Jakarta Selatan. "Saya dikenal orang karena badan saya paling besar dan paling hitam," paparnya, lantas tertawa.
Komunitas transgender alias kaum waria masih dipandang sebelah mata masyarakat Indonesia. Hinaan, cacian, dan pengucilan adalah "makanan"
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408