19 Tahun Hidup di Pulau Tikus, Kesetiaan Kalahkan Ketakutan

Ada seorang wanita di sebelahnya sedang meniup api di sebuah tungku, di atasnya ceret hitam. Asapnya tampak mengepul dari kejauhan.
Dia, Nurhayati (53) sedang menyiapkan air panas, untuk membuat kopi kesukaan suaminya, Pendi (55).
Ya, Pendi tak jauh dari lokasi itu terlihat sedang sibuk menyulam jaring ikan.
Mereka menghentikan aktivitasnya sejenak, saat saya berada diantara mereka.
Suami istri ini ternyata sudah 19 tahun menetap tinggal di Pulau Tikus.
Jauh sebelum itu, sejak tahun 1987, Pendi, yang berhenti menjadi ABRI, memilih beralih sebagai nelayan. Dulu dia hanya menjadikan Pulau Tikus sebuah tempat persinggahan.
“Sejak menetap di sini, saya ikut (tinggal di Pulau Tikus),” ujar Nurhayati, mengkisahkan hidupnya.
Pendi dan Nurhayati menjadi saksi hidup perubahan pulau nan eksotis ini, dari masih berukuran luas hingga kondisi saat ini.
KESETIAAN sebagai pasangan suami istri mengalahkan rasa takut. Ganasnya ombak laut yang menerjang Pulau Tikus tak membuat nyalinya ciut. Berikut
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu