2 Jam Jelang Deadline, Korut-Korsel Janjian di Panmunjom
jpnn.com - SEOUL - Di tengah tensi tinggi di Semenanjung Korea, dua saudara yang berseteru, Korea Utara dan Korea Selatan mengeluarkan pengumuman jelang deadline ultimatum dari Utara berakhir pukul 17.00 waktu setempat, alias 15.00 WIB.
Untuk sementara, mereka sepakat untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi di desa perbatasan Panmunjom, pukul 18.00 waktu setempat.
Pihak Cheong Wa Dae (Rumah Biru, kantor kepresidenan Korsel) membenarkan bahwa penasihat keamanan nasional Korea Selatan Kim Kwan-jin dan Menteri Unifikasi Hong Yong-Pyo akan bertemu dengan Kim Yang-gon, pejabat top yang membidangi urusan Korea Selatan, serta Hwang Pyong-so yang merupakan direktur departemen politik umum militer Korea Utara.
"Langkah ini diambil untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea," kata wakil kepala kantor kepresidenan keamanan nasional Korsel, Kim Kyou-hyun, seperti dilansir dari Yonhap, Sabtu (22/8).
ilustrasi: Vincentius Widi for JPNN.com
Namun tak ditegaskan di sana, apakah dengan rencana pertemuan satu jam setelah deadline Utara ini, ultimatum 48 jam Korea Utara itu sudah otomatis dicabut?
Sebelumnya Korea Utara memberikan tenggat waktu hingga pukul 5 sore waktu setempat kepada Korea Selatan untuk menghentikan (mematikan) propaganda anti-Pyongyang yang disiarkan dengan loudspeaker-loudspeaker besar ke arah Utara. Bila tak dimatikan, Utara mengancam akan menggunakan aksi militer. (adk/jpnn.com)
SEOUL - Di tengah tensi tinggi di Semenanjung Korea, dua saudara yang berseteru, Korea Utara dan Korea Selatan mengeluarkan pengumuman jelang deadline
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan