2 Ribu Jamaah Haji Dipastikan Tak Nyoblos
Senin, 03 Oktober 2011 – 06:33 WIB
MANOKWARI - Sebanyak 2 ribu lebih Jamaah Haji dari Provinsi Papua Barat dipastikan tidak bisa menyalurkan hak pilihnya pada Pemilukada ulang Gubernur-Wakil Gubernur (Pilgub) Papua Barat 9 November mendatang. Ketua Tim Pemenangan Koalisi Suara Kebenaran, Dr. Wahidin Puarada-Ir Herman Orisoe (Waher), Sanusi Rahaningmas menyatakan, sebagian besar atau sekitar 80 persen dari 2.000 jamaah haji ini merupakan simpatisan dan pendukung pasangan pasangan nomor urut 1 Waher.
Sehingga tentunya menjadi kerugian tersendiri bagi Waher. ‘’Ini menjadi kekesalan kami. Karena pada 9 November nanti, ada sekitar 2.000 pemilih tak bisa ikut menyalurkan hak suaranya karena menunaikan ibadah haji. Mereka ini 80 persen merupakan massa pendukung Waher. Seharusnya penetapan jadwal dapat mempertimbangkan hal-hal lain,’’ ujar Ketua DPD PKB Provinsi Papua Barat ini.
Baca Juga:
Menurut Sanusi, menjadi pertanyaan mengapa penetapan jadwal Pemilukada 9 November dimana sekitar 2.000 pemilih meninggalkan Papua Barat untuk menunaikan ibadah haji di Mekkah.‘’Ini menimbulkan pertanyaan, dan perlu ditinjau kembali. Seharusnya, sebagai warga masyarakat yang mempunyai hak, mereka ini (calon jemaah haji) dapat dihormati haknya untuk menyalurkan hak pilihnya. Ini perlu ditinjau kembali karena menjadi suatu kekuatiran,’’ imbuhnya.(lm)
MANOKWARI - Sebanyak 2 ribu lebih Jamaah Haji dari Provinsi Papua Barat dipastikan tidak bisa menyalurkan hak pilihnya pada Pemilukada ulang Gubernur-Wakil
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Pertebal Dukungan ke Luluk-Lukman, Sukarelawan Cantiq Surabaya Gelar Konvoi
- Survei Publicsensum: Elektabilitas Isran-Hadi Makin Moncer di Pilkada Kaltim
- Kampanye Akbar Robinsar-Fajar, Puluhan Ribu Massa Berkumpul di Lapangan Bukit Cilegon Asri
- Puluhan Sukarelawan Pramono-Rano Deklarasi Dukung Ridwan Kamil-Suswono di Kampanye Akbar
- Pramono Dinilai Sengaja Tak Umbar Dukungan PDIP di Alat Peraga Demi Raup Massa Anies
- Anies Dukung Pramono – Rano Karno, Brando Susanto: Jakarta Jadi Contoh Demokrasi yang Sejuk