20 Tahun Bom Bali, Korban Bicara soal Trauma yang Belum Hilang

20 Tahun Bom Bali, Korban Bicara soal Trauma yang Belum Hilang
Wina bersama ibunya Nyoman Rencini dengan foto ayahnya Ketut Sumerawat. (Koleksi pribadi)

"Momentum seperti ini bisa juga digunakan untuk mengedukasi mereka yang tidak tahu, mereka yang tidak mengalami," katanya.

Keluarga korban seperti Kadek Wina Parwani dan Ni Wayan Limna Rarasanti berusaha mengikuti upacara setiap tanggal 12 Oktober di Kuta.

Demikian juga halnya dengan salah satu korban lainya Ngesti Puji Rahayu yang biasa dipanggil Yayuk.

Berasal dari Jember, Jawa Timur, pada 2002 itu Yayuk baru pindah ke Bali dan bekerja menjadi juru masak ketika diajak majikannya ke Paddy Club ketika kemudian bom meledak. 

Sekarang Yayuk masih tinggal di Bali dan mengatakan akan menghabiskan sisa hidupnya di pulau tersebut.

Dia juga mengatakan sudah memaafkan para pelaku dan pernah bertemu langsung dengan pelaku dalam sebuah pertemuan yang diatur pemerintah Indonesia beberapa tahun lalu.

"Saya hanya berharap tidak akan peristiwa seperti bom Bali lagi," katanya.

Sejumlah inisiatif untuk membantu korban dan keluarganya

Di balik kepedihan akan peristiwa bom Bali, para korban dan keluarga korban masih menyimpan rasa syukur.

Kadek Wina Pawani masih berusia lima tahun ketika ayahnya, Kadek Sumerawat, yang bekerja sebagai pengemudi menjadi salah satu korban bom Bali tahun 2002.

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News