200 Jiwa Terkubur Longsor di Kolombia
Selasa, 07 Desember 2010 – 14:44 WIB
MEDELLIN - Hujan deras yang terus mengguyur Kolombia beberapa hari terakhir menimbulkan bencana. Minggu siang waktu setempat (5/12) atau dini hari kemarin WIB (6/12), tanah longsor menimbun sedikitnya sepuluh rumah di pinggir Kota Medellin. Sedikitnya, 200 orang terkubur dan 50 di antaranya diduga tewas. Beruntung, Medellin yang merupakan kota terbesar kedua Kolombia luput dari longsoran. Kota berpenduduk 2,4 juta jiwa itu terletak di sebelah barat laut ibu kota Kolombia, Bogota, dengan jarak sekitar 400 kilometer. Padahal, Medellin berada di kaki sebuah bukit dan dikelilingi perkampungan kumuh. Jika tanah yang longsor itu sampai ke kota tersebut, pasti banyak korban jiwa akan lebih banyak.
"Sejauh ini ada 150"200 orang yang dilaporkan hilang. Tujuh orang berhasil kami selamatkan," lapor Cesar Uruena, wakil direktur pelaksana Palang Merah Kolombia, seperti dikutip Agence France-Presse. Hingga kemarin tim penyelamat dan Palang Merah Kolombia masih berusaha mencari korban selamat. Mereka fokus pada rumah dan bangunan yang tertimbun tanah longsor.
Baca Juga:
Bencana tanah longsor itu terjadi beberapa saat setelah jam makan siang. Kerusakan terparah terjadi di Distrik La Gabriela, Kota Bello, sebelah utara Medellin. "Tanah longsor menimbun sepuluh rumah. Masing-masing rumah itu terdiri atas tiga lantai. Karena Minggu merupakan hari keluarga, kami perkirakan di setiap rumah ada 15 sampai 20 orang," lanjut Uruena.
Baca Juga:
MEDELLIN - Hujan deras yang terus mengguyur Kolombia beberapa hari terakhir menimbulkan bencana. Minggu siang waktu setempat (5/12) atau dini hari
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan