27 Tahun Meneliti, Belum Bisa Ungkap Misteri
Jumat, 02 Maret 2012 – 00:02 WIB
Setelah menjalani beberapa tahap training, pada 1982 Edy menjadi staf seksi tegangan tinggi di Laboratorium Listrik PLN. Dia kemudian dipercaya sebagai kepala seksi penelitian petir di laboratorium tersebut. "Pengetahuan tentang perilaku petir sangat penting bagi sistem kelistrikan. Sebab, instalasi listrik sangat rawan rusak jika tersambar petir," katanya.
Hingga pensiun pada akhir tahun lalu, Edy konsisten dalam bidang penelitian arus tegangan tinggi yang terkait dengan petir di PLN. Jabatan terakhirnya adalah senior engineer I " tegangan tinggi di PLN Pusat. Setelah pensiun, pria kelahiran Ambarawa, Jawa Tengah, pada 1955 itu aktif di lembaga jasa sertifikasi ketenagalistrikan.
Edy menyebut, penelitian tentang petir sudah dilakukan beberapa teknisi PLN pada 1960-an. Pada 1970-an, PLN mulai mengoperasikan alat pencatat jumlah sambaran petir secara otomatis yang disebut LFC (lightning flash counter). LFC ini bekerja berdasar perubahan medan elektrostatis yang diakibatkan oleh terjadinya sambaran petir.
Memasuki era 1980-an, penelitian dengan LFC terus ditingkatkan. Jumlah LFC terakhir tercatat 46 pos yang tersebar hanya di Pulau Jawa, mulai ujung barat di Pelabuhan Ratu hingga ujung timur di Banyuwangi. Pos-pos LFC itu ditangani Edy dan timnya.
Petir, bagi sebagian besar orang, adalah fenomena alam yang menakutkan. Tapi, bagi Edy Iskanto, petir justru sesuatu yang terus diburu. Penelitiannya
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408