27 Tahun Meneliti, Belum Bisa Ungkap Misteri

27 Tahun Meneliti, Belum Bisa Ungkap Misteri
Edy Iskanto.

Bertahun-tahun data dari pos LFC dikumpulkan. Salah satu fakta penting yang ditemukan adalah tingginya hari guruh di Indonesia. Hari guruh dihitung jika pada hari tersebut terdapat guruh atau petir yang terdeteksi oleh pos pencatat, seperti milik PLN maupun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Hasilnya, hari guruh di Indonesia bisa menembus 200. Artinya, dalam satu tahun (365 hari), terdapat sekitar 200 hari terjadi petir di wilayah Indonesia. Wilayah dengan frekuensi sambaran petir paling tinggi di Indonesia adalah sekitar Jatiwangi, Bogor, yang mencapai lebih dari 200. Angka tersebut yang tertinggi di dunia.

"Pada 1987 hasil penelitian itu dipresentasikan oleh Doktor Soenoto dalam sebuah konferensi tentang petir di Den Haag (Belanda). Beliau adalah salah satu pelopor penelitian petir di Indonesia. Tentu saja data itu membuat peserta heboh. Sebab, di negara lain hari guruhnya tidak sampai 50," ungkap Edy.

Setelah konferensi itu, para peneliti petir dari berbagai belahan dunia berduyun-duyun datang ke Indonesia. Di antaranya dari Jerman, Belanda, Prancis, Australia, dan Amerika Serikat (AS). Kelompok peneliti yang paling intens melakukan riset tentang petir di Indonesia berasal dari Jepang.

Petir, bagi sebagian besar orang, adalah fenomena alam yang menakutkan. Tapi, bagi Edy Iskanto, petir justru sesuatu yang terus diburu. Penelitiannya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News