3 Opsi Untuk Arsitektur Kabinet Jokowi-JK
jpnn.com - JAKARTA - Keinginan presiden terpilih Jokowi untuk membentuk kabinet tanpa politisi yang menjabat di struktural partai politik menjadi polemik di kalangan internal koalisi pendukung. Melihat itu, pengamat Politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho membagi tiga opsi yang bisa diformulasikan dalam arsitektur kabinet Jokowi-JK.
Pertama, para politisi partai jangan masuk di kabinet. “Artinya, kabinet Jokowi-JK nantinya adalah betul-betul profesional, kompeten dan bersih, sosok-sosok baru yang progresif dan membawa harapan di mata rakyat yang mampu mewakili visi dan semangat perubahan Jokowi tanpa perwakilan parpol di dalamnya. Jika pun ada sosok yang berlatar belakang parpol maka para menteri yang berasal dari politisi harus ikhlas menanggalkan jabatan strukturalnya di partai. Itu solusi kongkrit dari adanya kemungkinan tarik menarik kepentingan yang berujung transaksi politik partai-partai pendukung Jokowi,” tegasnya dalam keterangan persnya, Selasa (26/8).
Opsi kedua, lanjut Dimas, adalah kombinasi profesional dan parpol. Ini pernah terjadi di era Presiden Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri dengan komposisi kabinetnya dengan mengambil jalan tengah. Persentasinya kaum profesional harus diperbesar dibanding kaum parpol.
Kader parpol yang diajak untuk masuk kabinet pun adalah kader yang tidak hanya berasal dari para pendukung awal pasangan Jokowi-JK tapi juga kader parpol yang baru atau akan bergabung. Namun tetap kriterianya harus berdasarkan kapasitas, integritas dan loyalitas terhadap Presiden terpilih.
Opsi ketiga adalah opsi yang tidak ideal meski tetap bisa menjadi salah satu solusi bagi efektivitas pemerintahan Jokowi. Opsi ketiga ini adalah mirip dengan model pemerintahan Presiden SBY yang mengakomodasi mayoritas orang partai dalam kabinet.
Bedanya, orang partai yang bergabung ini harus melepaskan jaket partainya masing-masing sebagaimana disyaratkan oleh Presiden terpilih. Presiden terpilih Jokowi akan mempersilahkan seluruh partai pendukung untuk mengajukan nama-nama menteri baik yang datang di awal maupun di akhir.
“Harus kita pahami bahwa tujuan dari penyusunan komposisi kekabinetan itu antara lain meliputi efektifitas pemerintahan yang solid dan deliver di bawah kepemimpinan Presiden terpilih, stabilitas politik pemerintahan termasuk dalam hubungannya dengan legislatif dan parpol, serta memperkuat institusi demokrasi yang partisipatoris,” paparnya.
Dari tiga opsi ini, yang terbaik menurut Dimas adalah opsi jalan tengah yakni opsi dua. Meskipun yang paling ideal adalah opsi satu. (awa/jpnn)
JAKARTA - Keinginan presiden terpilih Jokowi untuk membentuk kabinet tanpa politisi yang menjabat di struktural partai politik menjadi polemik di
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- PPPK Minta Regulasi Mutasi, Relokasi, dan TPP Rp 2 Juta, Berlebihankah?
- Santri Diajak Proaktif Melawan Judi Online Lewat Kampanye di Digital
- Gagal di Kasus Timah, Kejagung Jangan Cari Pengalihan Isu dengan Menumbalkan Polri
- DPP KNPI: Pemuda Mitra Strategis Pemerintah untuk Mewujudkan Swasembada Energi dan Pemanfaatan EBT
- Mensos Temukan 1 Keluarga Penyandang Disabilitas di Surabaya Tak Terima PKH
- Pj Gubernur PBD Ingatkan ASN Agar Tidak Bermental Seperti Bos yang Minta Dilayani