4 Penyebab Angka Golput Pemilu 2019 Cukup Rendah
jpnn.com, JAKARTA - Peneliti senior LSI Denny JA, Adrian Sopa mengatakan, data dari pemilu ke pemilu pasca-Orde Baru menunjukkan Pilpres 2019 merupakan pesta demokrasi dengan partisipasi pemilih paling tinggi.
“Pilpres dengan tingkat golput paling rendah,” kata Adrian di kantor LSI Denny JA, Jakarta, Kamis (2/5).
Adrian menjelaskan, Pilpres 2004 jumlah golput tercatat 23, 30 persen. Pilpres 2009, tercatat angka golput naik menjadi 27,45 persen. Pilpres 2014, golput naik lagi menjadi 30,42 persen.
Pilpres 2019 berdasar hasil quick count LSI Denny JA, golput justru mengalami penurunan yakni 19,24 persen.
LSI Denny JA menemukan empat alasan golput Pilpres 2019 cenderung menurun. Pertama, mobilisasi dan seruan “jangan golput” kubu Jokowi dan Prabowo yang masif di akhir-akhir masa kampanye.
BACA JUGA: Jokowi - AHY Tampak Akrab Banget, Gerindra Apa Kabar ?
Kedua, munculnya partisipasi aneka civil society yang juga membuat gerakan antigolput.
Ketiga, tingginya partisipasi segmen pemilih minoritas dengan berbagai alasan. “Salah satunya merasa terancam dengan narasi politik identitas yang menggaung di salah satu kubu,” ujarnya.
Setidaknya ada empat hal yang menyebabkan jumlah golput di Pemilu 2019 mengalami penurunan signifikan.
- Pilkada Kabupaten Bandung: Elektabilitas Dadang–Ali Unggul Jauh dari Sahrul-Gun Gun
- Menjelang Pilkada Serentak, Mendikdasmen Abdul Mu'ti Minta Guru Tidak Golput
- Survei LSI: Jelang Pilwalkot Pontianak, Petahana Kokoh di Angka 72,7 Persen
- Survei LSI Denny JA: Duet SEHATI di Makassar Berpotensi Tumbangkan MULIA
- Survei Pilgub Jateng SMRC & LSI Denny JA Bertolak Belakang, Membingungkan Publik
- Temuan LSI Denny JA: RK Punya Popularitas & Tingkat Kesukaan Tertinggi