5 Risiko di Balik Kemudahan Fasilitas Pay Later
jpnn.com, JAKARTA - Tren pay later yang ditawarkan berbagai perusahaan aplikasi besar untuk berbagai keperluan, menjadi perhatian tersendiri oleh Grant Thornton.
Menurut organisasi global terkemuka yang menyediakan jasa assurance, tax, dan advisory itu, fasilitas pay later terkesan memudahkan bagi konsumen, namun jika tidak berhati-hati risiko lilitan utang menanti.
Atas dasar itu, Grant Thornton merangkum 5 risiko penggunaan pay later yang perlu dipahami sebelum menggunakan fasilitas kemudahan tersebut.
1. Perilaku konsumtif berlebihan
Tanpa disadari dengan kemudahan untuk beli sekarang bayar belakangan memberikan dorongan impulsif dalam keputusan pembelian yang seringkali justru jatuh kepada barang-barang yang tidak diperlukan, jangan lupa pelaku usaha juga memiliki strategi melakukan promo untuk menghabiskan produk mereka yang tidak terlalu laku.
2. Biaya yang tidak disadari
Masyarakat terutama milenial sangat menyukai kecepatan dan kepraktisan, terkadang mereka tidak memahami berbagai biaya yang langsung aktif disaat mereka menggunakan fitur pay later seperti biaya subscription, biaya cicilan dan biaya lainnya yang dapat berbeda dari tiap aplikasi. Biaya ini seringkali memberatkan disaat tagihan datang.
3. Pengaturan keuangan terganggu
Grant Thornton merangkum 5 risiko penggunaan pay later yang perlu dipahami sebelum menggunakan fasilitas kemudahan tersebut.
- Setahun Berkolaborasi, Tokopedia dan ShopTokopedia Dorong Pendapatan UMKM Naik 95 Persen
- Permudah Para Mama Belanja Online, AlloFresh Hadirkan 4 Fitur Unggulan
- Berkat Master Bagasi, Diaspora Indonesia Dapat Ikut Merasakan Keseruan Harbolnas
- Menko Airlangga Berharap Masyarakat Manfaatkan Momentum Harbolnas, BINA, & EPiC Sale
- Kisah Zahra yang Nyaris Jadi Korban Penipuan Harus Dijadikan Pelajaran, Tolong Disimak!
- 11.11 Big Sale Dorong Penjualan Produk Brand Lokal & UMKM Meningkat 7,5 Kali Lipat di Shopee Live