50 Tahun Mendatang Tak Ada Lagi Guru SD Pria di Australia
Jumlah guru pria mengalami penurunan drastis sehingga tidak ada lagi yang tersisa di sekolah dasar di Australia dalam waktu 50 tahun mendatang kecuali pemerintah mengambil tindakan.
Demikian terungkap dalam hasil riset longitudinal pertama di Australia terhadap jumlah guru. Riset itu menemukan jumlah guru pria di SD dan sekolah menengah masing-masing menurun 10 persen dan 14 persen sejak tahun 1977.
Kevin McGrath dari Universitas Macquarie, yang memimpin riset tersebut, mengatakan sebagian dari masalah tersebut karena tidak ada pemerintah negara bagian di Australia yang memiliki kebijakan mendorong kaum pria untuk menjadi guru.
"Yang mengkhawatirkan adalah penurunan ini berlanjut dan tidak menunjukkan perlambatan. Hal itu menunjukkan bahwa ada kecenderungan nasional yang sangat perlu ditangani jika menginginkan perubahan," kata Dr McGrath.
Riset ini menyebutkan bahwa guru pria di SD akan hilang seluruhnya dari sekolah negeri pada tahun 2054 dan "punah" di seluruh Australia pada tahun 2067 jika penurunan tersebut berlanjut pada tingkat saat ini.
Dr McGrath mengatakan kaum pria tidak mau menjadi guru karena gajinya rendah dan adanya persepsi bahwa hal ini adalah profesi feminin.
"Pria, khususnya pria muda, menghadapi tekanan sosial agar menyesuaikan diri dengan gagasan maskulin tertentu," katanya.
"Ini merupakan efek dari pelatih pribadi. Ada banyak pria yang lulus SMU yang ingin menjadi pelatih pribadi. Hal itu sangat masuk akal karena sesuai dengan gagasan maskulin tersebut," jelasnya.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat