6 Bulan Setelah Kudeta, Jenderal Abdel Fattah Akhirnya Rela
jpnn.com, KHARTOUM - Pemimpin militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan memberi isyarat dalam komentar pada Jumat (15/4) menuju langkah-langkah meredakan ketegangan di negara itu, enam bulan setelah kudeta militer.
“Kita memulai masa yang sulit dan kita semua harus memberikan kerelaan demi negara kita,” katanya, seraya mencatat situasi ekonomi dan keamanan yang memburuk di negara itu dalam komentarnya pada pertemuan Ramadhan.
"Kita siap mengedepankan apa yang kita bisa untuk menciptakan suasana dialog yang mengarah pada solusi," tambahnya.
Dia, bersama para pemimpin militer lainnya, melakukan kudeta pada 25 Oktober, mengakhiri pemerintahan bersama dua tahun dengan koalisi politik sipil setelah penggulingan Omar al-Bashir.
Sejak itu, sedikitnya 94 orang tewas akibat tindakan keras pasukan keamanan terhadap para pemrotes. Puluhan orang ditangkap.
Burhan mengatakan bahwa meski tidak ada "tahanan politik," dia bertemu dengan jaksa penuntut umum dan kepala kehakiman untuk membahas percepatan pembebasan tahanan, di antaranya adalah pemimpin politik sipil kunci.
Dia juga mengatakan mereka membahas kemungkinan meredakan keadaan darurat saat ini. Langkah-langkah seperti itu sering diminta oleh masyarakat internasional sebagai langkah membangun kepercayaan.
Burhan mengatakan langkah-langkah tersebut dibuat secara sukarela oleh beberapa kelompok politik untuk mencapai kesepakatan.
Jenderal Abdel Fattah al-Burhan melakukan kudeta pada 25 Oktober lalu, mengakhiri pemerintahan bersama militer-sipil yang ketika itu berusia dua tahun
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Cacar Monyet Jadi Masalah Kesehatan Publik Utama di Afrika
- Afrika Minta Barat Kucurkan Rp 9,2 T untuk Penanganan Cacar Monyet
- China Janji Guyur Afrika dengan Hibah Militer Rp 2,1 T
- Menparekraf: HLF-MSP dan IAF ke-2 2024 Perkuat Citra Indonesia di Kawasan Afrika
- Tutup Forum Parlemen RI-Afrika, Puan: Lawan Kebijakan yang Hambat Kemajuan Negara Berkembang