6 Rekomendasi FSGI agar PJJ Tidak Memakan Korban Lagi
jpnn.com, JAKARTA - Seorang siswa SMP di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, tewas gantung diri, diduga karena stres akibat beban tugas dari sekolah selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi COVID-19.
Sekolah terutama kepala sekolah dan guru gagal memberikan suasana PJJ yang menyenangkan bagi siswa.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Atas kondisi tersebut FSGI pun memberikan enam rekomendasi agar PJJ tidak lagi memakan korban.
"Dalam PJJ mestinya sekolah dan guru tidak memfokuskan pada penuntasan kurikulum. Kenapa tidak pakai kurikulum darurat yang sudah dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Sekjen FSGI Heru Purnomo di Jakarta, Jumat (30/10).
Agar tidak ada lagi korban PJJ, FSGI mengeluarkan rekomendasi.
Adapun 6 rekomendasi FSGI yakni:
1. FSGI mendorong para Pengawas, Kepala Sekolah, Guru BK dan Wali Kelas,dan guru mata pelajaran membuat kesepakatan memberi perlindungan dan pemaafan dalam pengumpulan tugas.
FSGI mengeluarkan 6 rekomendasi terkait PJJ, agar tidak terulang lagi siswa stres hingga bunuh diri seperti terjadi di Tarakan Kaltara.
- Ada Misa Agung, 208 Sekolah di Jakarta Belajar Jarak Jauh pada 5 September
- FSGI Sebut Anak STM Punya Hak Melakukan Demonstrasi, Jangan Ditangkapi
- FSGI: Guru Honorer Seharusnya Dikontrak Bukan Dipecat
- FSGI Kritik Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran untuk Siswa, Berpotensi Mubazir
- Federasi Serikat Guru Indonesia Tolak Penggunaan Dana BOS untuk Makan Siang Gratis
- Guru di Bali Dipermalukan Anggota DPD, FSGI Angkat Suara, Menohok!