60 Tahun Tiongkok
Kabut dan Kembang api
Kamis, 01 Oktober 2009 – 11:33 WIB
Saya sendiri yang mendapat undangan untuk menghadiri perayaan itu, sudah diminta bangun pukul 03.30 untuk berkumpul di lobi hotel pukul 04.00. Lalu harus berkumpul dulu di Press Centre untuk bersama-sama dengan tamu dari negara lain berangkat ke Tian An Men, pusat perayaan dan parade pagi ini. Padahal, acaranya baru dimulai pukul 10.00.
Baca Juga:
Kali ini Tiongkok memang mengundang dua pimpinan media dari setiap negara. Dari Indonesia Jawa Pos dan Antara. Saya lihat delegasi ini dari lebih 100 negara. Terutama negara-negara Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Barat, Afrika, dan Amerika Latin. Tiongkok seperti ingin memberikan contoh kepada negara-negara berkembang itu bahwa negara miskin dan terbelakang pun bisa mengalahkan negara Barat kalau bekerja dengan sungguh-sungguh. 30 tahun lalu, Tiongkok lebih miskin dari umumnya negara yang diundang ini. Tapi, hanya dalam tiga dekade semuanya lewat. Bahkan, kini Tiongkoklah yang bisa diandalkan untuk menjadi pemimpin baru dunia menggantikan Amerika "atau setidaknya tidak lagi hanya Amerika.
Kapan peran sebagai pemimpin baru dunia itu tiba" Para pejabat tinggi Tiongkok yang bertemu dengan delegasi media ini selalu merendah. Khas timur. "Kami masih jauh untuk bisa disebut menjadi negara maju. Kami masih harus bekerja sangat keras. Kami masih punya banyak persoalan. Misalnya, ketimpangan antara kota-desa dan pantai-pedalaman. Tapi, kami yakin saat itu akan tiba," ujar deputi menteri penerangan menjawab pertanyaan media dari Nepal.
Negara seperti Nepal yang baru merdeka dua tahun lalu tentu baru bisa bermimpi. Nepal masih penuh dengan persoalan. Mereka masih kisruh dalam merumuskan UUD setelah raja terakhir Nepal menyerahkan kerajaan kepada rakyat. Negara yang hanya berpenduduk 7 juta ini (sebesar Surabaya + Sidoarjo), masih berantem untuk mencari bentuk negara: kesatuan atau federasi. Setelah disepakati berbentuk federasi, mereka masih berantem lagi. Negara kecil itu akan terbagi dalam berapa negara bagian. Ada yang menginginkan 15 negara bagian ada yang minta 17 negara bagian. Maksudnya, agar satu suku kecil pun punya satu negara bagian sendiri. Lalu mereka juga masih berantem karena para pejuang komunis yang selama ini menuntut kemerdekaan dari kerajaan minta otomatis jadi tentara. Mirip sekali dengan apa yang dialami di Indonesia di awal kemerdekaan dulu. Tentara tidak mau menerima mereka karena ada sekitar 32.000 pejuang bersenjata yang kalau diterima, berarti komunis akan menguasai kemiliteran.