63 Persen Anak Alami Kasus Kurang Gizi
jpnn.com, SURABAYA - Masalah gizi masih menjadi perhatian berbagai pihak. Baik itu kelebihan maupun kekurangan. Khususnya, anak-anak. Sebab, hal itu bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka.
''Dari hasil analisis Kementerian Kesehatan, ternyata masalah utama penyebab gizi kurang adalah pola asuh yang salah,'' ujar Direktur Akademi Gizi Surabaya Andriyanto dalam acara Fun Seminar & Gathering Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Surabaya di Kenjeran Park.
Sebanyak 63 persen dari kejadian gizi kurang ternyata karena pola asuh yang salah.
Sedangkan yang disebabkan kemiskinan hanya 23 persen. Artinya, mereka yang mengalami gizi kurang tidak hanya orang miskin.
Tetapi, juga orang kaya yang memiliki pengetahuan kurang terkait gizi. Contoh yang sederhana, pemberian makanan pendamping ASI.
Bayi usia 8-9 bulan memiliki kebutuhan gizi lebih banyak jika dibandingkan dengan usia 7 bulan.
Selain ASI, mereka membutuhkan tambahan zat lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak.
''Protein hewani sudah bisa ditambahkan pada usia ini. Tetapi, kadang masih ada yang hanya memberikan bubur saja tanpa tambahan lauk atau hanya tambah tahu dan tempe,'' tambahnya.
Selain ASI anak juga membutuhkan tambahan zat lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak.
- Siswa SD Kurang Gizi 3 Kali lebih Berisiko Mengalami Gangguan Working Memory
- Kimia Farma Beri Edukasi Gizi Seimbang kepada Remaja Putri di Lombok
- Ganjar Tancap Gas Turunkan Angka Stunting di Jawa Tengah
- Ini yang Terjadi Jika Remaja Kurang Gizi
- Shandy Aulia Tak Terima Putrinya Dihina, Pakar Kesehatan Jelaskan Kriteria Kurang Gizi
- Tekan Stunting di NTB, Pendidikan Gizi di Sekolah Harus Diperkuat