6.945 Wisatawan Asal Indonesia Berkunjung ke Malaysia
jpnn.com, PALEMBANG - Pemerintah Provinsi (Pemprov) melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan berupaya mengenalkan wisata luar negeri melalui event Sriwijaya Travel Fair (STF).
Event STF sendiri melibatkan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) dan Asosiasi Perusahaan Penyelenggara Pameran dan Konvensi Indonesia (ASPERAPI).
Salah satu negara yang menjadi kunjungan favorit adalah Malaysia, terbukti dari banyaknya wisatawan dari Indonesia yang mengunjungi negeri Jiran tersebut.
"Pada kuartal pertama tahun 2022 sebanyak 6,945 wisatawan berasal dari Indonesia," ungkap Konsul Muda Pelancongan sekaligus Deputy Director Tourism Malaysia Medan (TMM) Yusnita Yusof di Atrium Palembang Trade Centre (PTC) Jumat (5/8).
Menurutnya, pandemik Covid-19 menyebabkan tren pelancongan berubah. Orang-orang menginginkan kawasan yang selamat untuk mereka bercuti.
"Kehadiran kami untuk meyakinkan kepada penduduk Palembang maupun Sumsel bahwa Malaysia adalah destinasi yang aman dan nyaman untuk berlibur bagi semua kalangan, baik mereka yang bepergian seorang diri maupun beramai-ramai," ujarnya.
Selain itu kata dia, kehadiran TMM sebagai peluang untuk bertemu dengan stakeholders industri pelancongan di Sumatera Selatan serta masyarakat Palembang secara langsung.
Memberikan informasi yang akurat dan terkini mengenai prosedur masuk ke Malaysia dan juga menawarkan destinasi-destinasi menarik Malaysia yang dipromosikan bersama ASITA Palembang.
Berdasarkan statistik, sebanyak 6,945 wisatawan dari Indonesia mengunjungi Malaysia
- Eddy-Riezky Komitmen Hapus Pungli dan Hadirkan 'Satu Desa 5 Sarjana' di Sumsel
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Novita Hardini Sebut Penghapusan DAK Pariwisata akan Mencekik Daerah
- 36 Orang di Sumsel Meninggal Akibat DBD, Waspada!
- Video Narapidana di OI Diduga Berpesta Narkoba di Sel Viral, Ini Kata Kadivpas
- Ganesha Operation Bekali Siswa Sumsel Menghadapi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi yang Ketat