70 Tahun Hubungan Indonesia-Australia yang Penuh Kesalahpahaman

Saat pemilu di Indonesia berlangsung, Australia dengan cemas menunggu apakah Joko Widodo akan kembali terpilih untuk masa jabatan keduanya, atau malahan Jenderal Prabowo Subianto, yang mendapat kecaman internasional karena dianggap melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Jokowi, bersama Ma'ruf Amin, yang dianggap sebagai ulama garis keras, akhirnya menang dengan 55 persen suara.
Kemenangan Jokowi disambut dengan tenang di Canberra, karena artinya Australia masih bisa melakukan sejumlah kebijakan luar negerinya, terutama karena Prabowo dianggap memusuhi perdagangan bebas.
"Hasil pemilu di kedua negara artinya kedua pemerintahan harus meratifikasi kesepakatan dan sepertinya untuk bisa diwujudkan segera," ujar Heat Baker, pejabat sementara Direktur Eksekutif Export Council of Australia.
Lebih dari sekedar hubungan dagang

Meski Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia, namun, perdagangan antara Australia dan Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan kemitraan Australia dengan anggota ASEAN lain, seperti Singapura dan Malaysia.
Kedekatan geografis tidak selalu berarti hubungan ekonomi yang lebih dekat, meski akhirnya Australia dan Indonesia menandatangani perjanjian perdagangan bebas bulan Maret 2019.
Read in EnglishAustralia seringkali menganggap Indonesia sebagai tetangga paling penting dan sekutu paling strategis
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya