90 Km
Oleh Dahlan Iskan
Sampai masuk ke wilayah Meksiko. Beberapa jam. Misalnya hanya untuk potong rambut. Lalu balik lagi ke wilayah Amerika.
Trump juga mengeluarkan ancaman. Kalau pembangunan tembok tidak disetujui, rakyatlah yang akan jadi tembok. Tembok manusia. Tembok hidup. Rakyat berjajar di sepanjang perbatasan.
Saya pun membayangkan: mana ada orang Amerika yang mau begitu. Berkeringat di bawah matahari perbatasan: yang sangat menyengat. Yang dekat wilayah berbatu. Berpasir. Bergurun. Yang panasnya beda dengan Amerika belahan Utara.
Ternyata saya salah. Rupanya ada juga yang mau menjadi pagar hidup. Tiga hari lalu.
Sejumlah orang termotivasi unggahan Trump di Twitter. Datang ke perbatasan. Laki dan perempuan. Umumnya sudah agak tua. Berjajar. Bergandengan tangan. Seperti menghadang gelombang manusia. Yang akan menerobos perbatasan.
”Tembok manusia” itu lalu difoto. Difilmkan. Lantas di-upload ke media digital.
Lalu bubar.
Publik juga tidak percaya begitu saja.