95 Persen Terumbu Karang di Great Barrier Reef Rusak Parak Akibat Pemutihan
Senin, 28 Maret 2016 – 21:04 WIB

95 Persen Terumbu Karang di Great Barrier Reef Rusak Parak Akibat Pemutihan
"Pemerintah belum juga mendengarkan kami para pakar selama 20 tahun terakhir," katanya. "Sudah tidak bisa dipungkiri lagi kalau pemutihan ini akan terjadi, dan sekarang kita menghadapinya," "Kita harus bergabung dengan komunitas global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. "Bagi saya, secara pribadi, sangat sedih melihat dari jendela helikopter betapa hamparan terumbu karang kita dihancurkan oleh pemutihan ini," "Saya benar-benar marah karena pemerintah tidak mendengarkan kami, padahal bukti-bukti sudah kami sediakan untuk mereka sejak tahun 1998." Menteri Lingkungan Greg Hunt mengatakan dia tetap meyakini masukan dari Otoritas Taman laut Great Barrier Reef Marine Park Authority - bahwa bagian selatan dan bagian tengah karang sejauh ini akan lolos dari dampak serius pemutihan ini. Dia mengatakan pemerintah telah berkomitmen mengalokasikan anggaran sebesar $2 milyar pada dekade berikutnya untuk melindungi terumbu karang melalui sejumlah program inisiatif seperti peningkatan kualitas air dan menghilangkan bintang laut mahkota dari terumbu karang itu.
Seorang juru bicara untuk Great Barrier Reef Marine Park Authority mengatakan akan menindaklanjuti survei udara ini dengan survei di air dalam dua minggu ke depan untuk menentukan sejauh mana sebenarnya dampak dari pemutihan karang ini.
Pemantauan udara menunjukan bagian utara Great Barrier Reef 95 Persen rusak parah akibat fenomena alam pemutihan terumbu karang. Para pakar
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia