99 pCt v 1 pCt
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Itu bukan dalam konotasi negatif. Tidak seperti di Indonesia: khususnya soal isu 1 persen penduduk menguasai 59 persen tanah negara.
Di Tiongkok, isu itu lebih menyangkut pemahaman umum: di mana posisi negara. Di atas yang 99 persen atau di atas yang 1 persen.
Itu pun tidak dalam arti konfrontasi. Tidak ada pembenturan antara 99 persen itu dan 1 persen itu.
Yang 99 persen pasti diurus oleh negara. Pun yang 1 persen. Negara berada di atas 100 persen rakyatnya.
Menurut kajian di sana, 99 persen rakyat itu sebenarnya tidak punya banyak keinginan. Yang penting terjamin dasar-dasar kehidupan: pangan, sandang, papan. Ditambah pendidikan. Ditambah lagi kesehatan.
Selebihnya adalah keinginan. Keinginan itulah yang ditunggangi ambisi dan kerakusan.
Lalu: ambisi dan kerakusan itu yang merusak kehidupan. Yang pula bertentangan dengan tujuan hidup manusia. Pun bertentangan dengan filsafat hidup Konghucu.
Namun, menjadi kenyataan juga bahwa –berdasar kajian itu– terdapat 1 persen penduduk yang genius. Yang tidak biasa-biasa saja. Yang mampu menciptakan apa pun yang bisa membuat kehidupan lebih mudah.
Indonesia memang bisa lebih bangga: perbedaan kaya-miskinnya tidak semencolok Tiongkok –berdasarkan indeks Gini.
- Balik Kucing
- Mobil Handphone
- 5 Berita Terpopuler: Lisa Mariana Dipolisikan Ridwan Kamil, Sejumlah Aset Disita, Fakta Terungkap
- Sepeda Motor yang Disita KPK Sudah Tidak Ada di Rumah Ridwan Kamil
- KPK Datangi Rumah Ridwan Kamil Lagi, Aset Ini Disita
- Doktor Cumlaude Trimedya Dorong Optimalisasi Pengelolaan Barang Sitaan