Abaikan China, Kapal Induk AS Carl Vinson Masuki Laut China Selatan

Komandan armada penyerang Laksamana Muda John Fuller tidak mengungkapkan kemana rencana pelayaran dalam misi ini. Namun jelas dia menetapkan pelayarannya tanpa menggunakan peta China.
"Saya bisa katakan pelayaran kami sangat bagus dan kami tahu dimana kami dapat beroperasi dan dimana tak boleh beroperasi menurut hukum internasional. Dan kami akan mematuhi apa yang diperbolehkan hukum internasional," ujarnya.
Perwira komandan kapal tersebut menggambarkan Carl Vinson sebagai kota terapung. Di atas kapal induk ini ada fasilitas operasi gigi, gym, kafe Starbucks, penjaga bersenjata, karaoke tiap malam Jumat dan bahkan tempat ibadah untuk penganut Katolik, Protestan, Budha ... dan Wicca.
Kru tetap kapal ini berjumlah 3.000 orang. Selain itu, ada 2.000 orang lainnya kru pesawat yang jumlahnya sekitar 70 pesawat, termasuk FA18 Super Hornets dan Hornets, EA 18G Growlers, Nighthawk dan pesawat pengintai.

ABC News: Adam Harvey
Wartawan ABC Australia Adam Harvey berada di atas kapal induk ini bersama kru media dari Filipina - negara yang mungkin paling dirugikan oleh ekspansi China di Laut Cina Selatan.
Nelayan Filipina yang sudah diblokir dari tempat pencarian ikan di sekitar Scarborough Shoal.
Langkah AS melakukan pelayaran ini sangat penting karena ingin menunjukkan kepada Filipina bahwa AS mendukung mereka dalam menjaga Laut Cina Selatan tetap terbuka.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia