Abaikan Suara Tionghoa, Lembaga Survei Salah Prediksi

Abaikan Suara Tionghoa, Lembaga Survei Salah Prediksi
Abaikan Suara Tionghoa, Lembaga Survei Salah Prediksi
"Kalau skala nasional tak apa karena kecil jumlahnya, tapi kalau di DKI sangat besar. Jumlah etnis terbesar di DKI itu, Jawa, Sunda lalu Tionghoa. Bahkan Tionghoa lebih tinggi dari Betawi," ujar Totok.

 

Totok juga melihat bahwa lembaga survei tidak berhasil menangkap suara simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Berdasarkan hasil pemungutan suara tanggal 11 Juli 2012 lalu, pasangan calon Hidayat-Didik hanya didukung oleh setengah dari jumlah simpatisan PKS yang mencapai 20 persen di DKI. "Tidak tertangkap suara PKS. Padahal Jakarta itu kan kampungnya PKS," imbuh Totok.

 

Ia juga mengatakan, lembaga survei gagal menangkap suara pemilih muda. Survei yang biasanya dilakukan siang hari tak bisa mengakomidir suara pemilih muda yang kebanyakan masih sekolah atau bekerja di kantor. "Survei biasanya siang hari saat pemilih muda sedang kerja atau sedang sekolah. Jadi tidak terjangkau oleh survei," terang Totok.

 

Dari analisanya, Totok menyimpulkan ada pesanan dalam hasil survei Pilkada DKI 2012. Oleh karenanya, hasil survei tidak terbukti pada waktu penyoblosan suara."Ada upaya survei didesain sebagaimana rupa sesuai dengan yang diharapkan. Lembaga survei yang juga konsultan akan memframe pertanyaan sesuai dengan kepentingan calon," tegasnya (dil/jpnn)

JAKARTA - Berbagai lembaga survei salah memprediksi hasil pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta. Direktur Soegeng Sarjadi Syndicate, Totok Sugiarto


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News