Abdullah Listrik
Oleh: Dahlan Iskan
Saya tidak bisa menjawab pertanyaannya -meski saya bisa menerima logika berpikirnya.
Selama dua hari di Shenzhen kami bisa tiga kali berdiskusi sesama anggota rombongan. Soal bisnis. Soal persaingan dengan produk Tiongkok. Soal soal peluang bisnis. Dua hari yang benar-benar padat.
Salah satu anggota rombongan bernama Abdullah. Dari Bantul, Yogyakarta. Belum 40 tahun. Usahanya bengkel sepeda motor listrik.
Kelihatannya sederhana. Usaha kecil. Paling kecil di antara anggota rombongan. Akan tetapi dalam diskusi itu kami menemukan keistimewaan Abdullah.
Dia adalah orang pertama yang membuka bengkel sepeda motor listrik di Indonesia. Perintis. Pioneer. Ternyata Abdullah kewalahan. Terlalu banyak orang yang datang ke bengkelnya. Jadilah bisnis yang menjanjikan.
Maka muncullah saran untuk Abdullah. Mengapa dia tidak membuka bengkel-bengkel serupa di kota lain. Di 100 kota, misalnya. Dengan cara itu Abdullah akan segera menjadi pengusaha lebih besar.
Sebagai perintis, Abdullah berhak untuk mengembangkan usaha. Jangan hanya bangga dengan gelar sang perintis.
Abdullah setuju. Dia bertekad untuk mengembangkan diri. Selama ini dia sudah puas bisa mendidik anak-anak muda di Bantul untuk bisa memperbaiki motor listrik.