Aceh 1000K

Oleh: Dahlan Iskan

Aceh 1000K
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Mirza juga membuatkan saya janji bertemu tokoh agama di Aceh. Janji ketemunya juga di kafe. Dekat masjid sang ustaz. Sehabis memberi kuliah subuh ia selalu ngopi di situ.

Subuh itu saya sudah dua kali ke kafe. Di sela ke dua kafe itu saya ke Masjid Baiturrahman. Waktu terkena tsunami hanya rusak sebagian. Masjid itu kian cantik. Halamannya diperluas.

Jalan di depan masjid itu dipindah ke depan lagi. Jalan lama untuk menambah luas halaman. Lalu di halaman itu didirikan atap modern model halaman masjid Madinah.

"Payung otomatis" itu menambah keindahan masjid. Hanya saja atap itu jarang dibuka. Angin terlalu kencang.

Sore itu panitia mengajak saya rapat: persiapan seminar kedokteran keesokan harinya. Rapatnya: di kafe. Yakni kafe di seberang kafe.

Saya hampir salah masuk karena di sebelah kirinya juga kafe. Di situ saya ingin mencoba kopi yang belum pernah saya dengar namanya: kopi nira. Ternyata kopinya dicampur dengan cairan dari tangkai bunga aren.

"Halal?" tanya saya kepada mahasiswi sebelah saya.

"Kan, ini belum jadi tuak," jawabnyi.

ANDA sudah tahu gelar lama Aceh, tetapi saya baru tahu gelar terkininya: Kota 1000K. Seribu (Kedai) Kopi. gelar mana yang kini lebih populer. Serambi Makkah?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News