Aceh U-Hansa
Oleh: Dahlan Iskan
Nilam itu harus ditanam. Ini tanaman perdu. Tingginya hanya 1 meter. Cabangnya banyak. Daunnya seperti daun waru.
Tanaman pertama bisa dipanen setelah 6 bulan. Cara panen yang baik, kata Syaifullah, jangan dicabut. Potong batangnya. Sisakan batang itu 20 cm dari tanah.
Dari sisa pokok pohon itu akan tumbuh lagi ranting. Empat bulan kemudian bisa dipanen lagi. Begitu seterusnya.
Sebelum ada ARC, panennya tidak begitu. Batang nilam dicabut. Akar, pohon, ranting, dan daunnya dijemur. Setelah kering, batang, akar, dan daun itu dimasukkan drum. Untuk disuling. 100 kg nilam kering bisa menghasilkan minyak nilam 2 kg. Rendemennya 2 persen.
Itu yang diperbarui oleh ARC USK. Ditemukan cara baru budidaya nilam. Tidak boleh lagi dicabut. Tidak boleh lagi ladang berpindah. Harus menetap. Harus disertai pemupukan. Tanpa pupuk tumbuhan berikutnya jelek sekali.
"Tanaman nilam sangat rakus hara. Karena itu petani langsung pindah lokasi," ujar Syaifullah.
ARC memutuskan, petani harus menanam nilam di lahan yang sama. Ampas penyulingan harus ditampung dalam satu bak khusus. Dicampuri kotoran ternak. Difermentasi. Jadilah pupuk alami.
Penyulingannya pun tidak boleh lagi pakai drum bekas. Bisa menurunkan kualitas minyaknya: terkontaminasi fe dari besi drum. Maka drumnya harus terbuat dari stainless steel.