Ada Band, Tertantang dengan Rutinitas

Ada Band, Tertantang dengan Rutinitas
Ada Band saat ditemui di kawsan Sudirman, Jakarta, kemarin (27/2). FOTO: Angger Bondan/ Jawa Pos
Belum lagi saat itu mereka berjalan pincang karena ditinggal drumer dan keyboardist. Akhirnya, setelah mendapat personel baru, lalu menggarap album terbaru, Empati, mereka memutuskan untuk refresh. "Bisa dibilang, kami bernostalgia. Ngumpul di vila milik Marshal di Puncak. Kami ngobrol soal album baru. Ngobrol tentang aransemen dan banyak lagi," ucapnya.

Sekarang band yang punya banyak hit seperti (Masih) Sahabatku Kekasihku, Yang Terbaik Bagimu, Manusia Bodoh, Karena Wanita (Ingin Dimengerti) tersebut berubah. Lirik-lirik lagunya lebih lugas. Tak lagi puitis seperti dulu. Aransemen musiknya pun begitu. Mereka lebih banyak mengisi suara gitar. Tidak ada unsur piano. "Selain karena memang tidak ada pemain piano, kami ingin memaksimalkan yang ada," jelas Dika.

Di usia 15 tahun ini, mereka tengah mempersiapkan sebuah konser. "Konsepnya sedang dibicarakan. Kami sih maunya semuanya dikerjakan sendiri. Doakan bisa terlaksana tahun ini," ucapnya.

Ketika ditanya apa yang membuat mereka bertahan sebagai band sampai saat ini? Jawabannya ironis. Mereka merindukan rutinitas. "Kami rindu manggung, rindu rekaman, rindu latihan. Kami rindu rutinitas. Tapi, tantangan kami juga rutinitas. Bagaimana supaya rutinitas itu tak membuat kami jenuh," imbuhnya. (jan/c7/any)

JAKARTA - Rutinitas bisa menggambarkan sebuah keteraturan. Tetapi, rutinitas juga bisa menimbulkan sebuah kejenuhan. Itu yang terjadi pada Ada Band.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News