Ada Banyak Alasan Tidak Betah di Indonesia, tetapi Perlu Persiapan Sebelum Kabur

Setelah mendapatkan sertifikasi, ia kini bekerja sebagai asisten guru.
“Guru TK di sini paling bersih bisa dapat Rp30 juta lebih kalau bersih full time, kalau kerja di Munich, masih dapat ekstra tambahan gaji, soalnya harga living cost di Munich tinggi banget,” katanya.
Ria mengaku salah satu alasan ia betah tinggal dan kerja di Jerman karena hak-hak pekerjanya "sangat" diperhatikan.
Seperti perlindungan hukum bagi pekerja yang baru melahirkan, atau istilahnya 'Mutterschutz', serta cuti bagi kedua orang tua yang merawat anak setelah lahir, atau 'Elternzeit'.
“Waktu saya hamil, saya enggak kerja sama sekali dan dapat gaji full,” ujar Ria.
Sebuah fenomena global
Memulai kehidupan baru di luar negeri pada zaman sekarang memang lebih memungkinkan, mengingat ada banyak peluang di luar sana, seperti yang dikatakan Ariane Utomo, dosen senior Demografi dan Geografi Kependudukan dari University of Melbourne.
Menurutnya penduduk dewasa muda saat ini memiliki lebih banyak keterampilan dan kualifikasi pendidikan, sehingga punya aspirasi lebih tinggi.
Ariane mengatakan situasinya juga menjadi lebih memungkinkan saat negara-negara maju yang menjadi tujuan memiliki populasi yang menua.
Kekecewaan dan kekhawatiran anak-anak muda soal masa depan mereka di Indonesia menjadi viral lewat tagar #kaburajadulu
- Dunia Hari Ini: Tersangka Pemalsuan Sertifikat HGB Pagar Laut Ditangkap
- Kepala B2PMI Ajak Praja IPDN Gaungkan Tagar #KerjaSajaDuludiLuarNegeri
- Tanggapi Tagar #KaburAjaDulu, Boni Hargens: Prabowo-Gibran Sangat Menghargai Kritik
- Dunia Hari Ini: Vatikan Mengatakan Paus Fransiskus Masih dalam kondisi kritis
- Dunia Hari Ini: Ledakan Bus di Israel Diduga 'Serangan Teror'
- Pelajar di Luar Negeri Ikut Dukung Aksi 'Indonesia Gelap'