Ada Kasus Khusus Dibahas Bareng di Grup BBM atau WhatsApp

Ada Kasus Khusus Dibahas Bareng di Grup BBM atau WhatsApp
Prof Eka Julianta. Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos/JPNN.com

Khusus di wilayah Jabodetabek saja, Eka memperkirakan jumlah kasus aneurisma mencapai seribu kasus per tahun. Kendalanya, deteksi dini penyakit yang bisa berdampak pecahnya pembuluh darah di saraf itu masih lemah.

Pada kasus aneurisma tertentu, ada yang disebut aneurisma raksasa. Sebab, ukuran gelembung dalam dinding pembuluh darah mencapai 2,5 cm. Eka menyatakan pernah menangani 70 kasus aneurisma raksasa. Untuk kasus aneurisma pada umumnya, selama 17 tahun karirnya, dia pernah menangani 600 kasus.

"Enam ratus kasus aneurisma dalam 17 tahun itu angka yang kecil," kata pemegang rekor Muri sebagai dokter yang pertama berhasil melakukan bedah batang otak pada 2001 itu.

Mengenai prestasi yang diganjar Muri tersebut, Eka menceritakan, saat itu ada pasien berumur sekitar 21 tahun dari Tangerang. Pria itu sehari-hari bekerja sebagai kuli panggul di Pelabuhan Merak, Banten.

"Pria tersebut tiba-tiba mengeluh sakit yang hebat di kepalanya. Dia lantas pingsan," jelas Eka.

Waktu dideteksi, ternyata ada tumor sebesar buah anggur di batang otaknya. Setelah itu, pria tersebut ditangani Eka. Waktu itu belum ada operasi bedah batang otak di Indonesia. Setelah berkoordinasi dengan keluarga, tim dokter yang dipimpin Eka melakukan pembedahan.

Operasi batang otak memang cukup sulit. Sebab, batang otak berposisi di tengah kepala dan agak mendekati leher. Untuk mengambil tumor, tempurung kepala bagian belakang pasien dibuka. Setelah melalui operasi beberapa jam, operasi batang otak itu dinyatakan sukses.

"Komunikasi saya dengan pasien itu masih terjalin sampai sekarang. Dia sering mengirimi saya gereh (ikan asin, Red)," ungkapnya.

PEMBEDAHAN otak atau jaringan saraf termasuk tindakan medis yang rumit. Tetapi, di tangan Prof Eka Julianta Wahjoepramono, operasi pembedahan otak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News