Ada Optimisme, Juga Kue, Sebelum Pembantaian Tiananmen di China
"Kami tidak melakukannya karena kebencian, kemarahan, atau keluh-kesah. Kami melakukannya karena cinta, harapan, dan bahkan kepercayaan kami pada pemerintah, bahwa mereka akan mereformasi diri. Kami merasa harus patriotik dan membantu pemerintah memperbaiki diri," katanya kepada ABC.
"Kami melihat inilah saatnya kami bisa bicara dan mengekspresikan idealisme anak muda demi negara," ujarnya.
Sekarang Rowena menetap di Amerika Serikat dan menjadi pengajar di kampus tentang peristiwa tahun 1989 itu.
Video: The Goddess of Democracy is ushered through Beijing by Chinese students in 1989 (ABC News)
Mantan wartawan ABC Max Uechtritz yang meliput Tiananmen saat itu, menggambarkan bagaimana para demonstran mengusung patung karet busa Dewi Demokrasi - mirip Patung Liberty - ke Lapangan Tiananmen.
"Di bawah pengawasan ratusan ribu pasukan yang memenuhi kota, namun para demonstran melakukan hal ini, jelas suatu provokasi luar biasa. Yaitu membawa Patung Liberty ke jantung Komunisme, dan mendirikannya di depan Mao Zedong," katanya.
Uechtritz ada di lokasi ketika tindak kekerasan aparat mulai dilakukan.
"Kami dengan ngeri menyaksikan saat-saat kekuatan penuh militer China menghancurkan mimpi gerakan demokrasi itu," kata Uechtritz.
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan
- Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
- Dunia Hari Ini: Warga Australia Keracunan Minuman Beralkohol di Fiji
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?