Ada Pandemi, Masuk Bulan Larangan, Begini Cerita Yanti dan Jali, Ya Ampun, Sedih
Saat ini, kata dia, perkampungan masyarakat Badui tampak sepi dari wisatawan, sehingga berdampak terhadap perekonomian warga adat setempat.
Bahkan, pedagang yang berjualan di kawasan permukiman Badui bisa dihitung dengan jari tangan.
"Kami meski wisatawan sepi, namun tetap berjualan di bale rumah," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, para pedagang aneka kerajinan Badui itu di antaranya kain tenun, pakaian batik, kaus, tas koja, suvenir, golok, minuman jahe, gula aren, lomat, selendang, dan madu.
Produk kerajinan Badui itu dijual mulai Rp10 ribu sampai Rp350 ribu, dan sebagian besar pembelinya wisatawan.
"Jika wisatawan ke sini sepi tentu pendapatan juga menurun drastis dan terkadang tidak laku," katanya pula.
Tetua adat yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Saija mengaku bahwa saat ini permukiman Badui memang dilarang dikunjungi wisatawan, karena memasuki bulan Kawalu atau bulan larangan.
Selain itu, juga saat ini pandemi COVID-19, sehingga dilarang terjadi kerumunan karena berpotensi menularkan penyakit yang mematikan.
Simak cerita Yanti dan Jali soal omzet usahanya di masa pandemi dan masuk Bulan Kawalu di permukiman masyarakat Badui, Lebak.
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Novita Hardini Sebut Penghapusan DAK Pariwisata akan Mencekik Daerah
- Menteri Teuku Riefky: Ini Sejarah, Mari Bangun Ekonomi Kreatif Indonesia
- Central Group Hadirkan Klub Premium Bagi Lansia, Pertama di Sekupang
- Siap Mencetak SDM Pariwisata Berstandar Global, IPTI Lantik Rektor Perdana
- Cawalkot Yogyakarta Hasto Wardoyo Ingin Memoles Bantaran Sungai Jadi Destinasi Wisata