Ada Penjahit Tunarungu Indonesia di Balik Busana Berkelas Internasional
"Ada tantangan, yakni kesulitan komunikasi. Kalau ada order belum bisa telepon, menghubungi, belum bisa," ujar Ninik, yang lulusan sekolah tata busana.
"Sulit membicarakan baju yang dijahit. Semuanya lewat gambar," kata Puput.
Kesempatan yang didapatkan para perempuan komunitas Gerkatin ini berawal dari sosok Franka Soeria, yang merupakan pendiri label Markamarie dan Jakarta Modest Fashion Week.
"Awalnya kami mau buat CSR [tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan], lalu terpikir kenapa enggak sekalian melibatkan teman-teman difabel?," ujarnya yang kini menetap di Turki.
Lewat seorang rekannya, Franka kemudian menemukan perempuan penjahit dari komunitas Gerkatin dan niatan itupun lalu berkembang.
Photo: Franka Soeria, pendiri JMFW, fasilitasi penjahit bisu tuli untuk berkarya. (ABC; Nurina Savitri)
"Kenapa enggak ajak mereka untuk produksi buat label kami? toh hasil karya mereka juga bagus setelah kami amati," ujarnya.
Franka tak memungkiri, dengan produksi skala rumah tangga yang biasa dilakukan, Ninik dan rekan-rekannya membutuhkan penyesuaian.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata