Ada Penjahit Tunarungu Indonesia di Balik Busana Berkelas Internasional

"Ada tantangan, yakni kesulitan komunikasi. Kalau ada order belum bisa telepon, menghubungi, belum bisa," ujar Ninik, yang lulusan sekolah tata busana.
"Sulit membicarakan baju yang dijahit. Semuanya lewat gambar," kata Puput.
Kesempatan yang didapatkan para perempuan komunitas Gerkatin ini berawal dari sosok Franka Soeria, yang merupakan pendiri label Markamarie dan Jakarta Modest Fashion Week.
"Awalnya kami mau buat CSR [tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan], lalu terpikir kenapa enggak sekalian melibatkan teman-teman difabel?," ujarnya yang kini menetap di Turki.
Lewat seorang rekannya, Franka kemudian menemukan perempuan penjahit dari komunitas Gerkatin dan niatan itupun lalu berkembang.

"Kenapa enggak ajak mereka untuk produksi buat label kami? toh hasil karya mereka juga bagus setelah kami amati," ujarnya.
Franka tak memungkiri, dengan produksi skala rumah tangga yang biasa dilakukan, Ninik dan rekan-rekannya membutuhkan penyesuaian.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya