Ada Rasisme Seksual di Kalangan Pengguna Aplikasi Gay Grindr
"Saya tahu beberapa kejadian di mana setelah ada yang dilaporkan karena alasan rasisme atau bahkan ditambah pelanggaran lain, mereka tetap tidak menerima konsekuensi," katanya.
"Grindr bahkan tidak berinisiatif untuk menangani penggunanya yang seperti ini. Mereka hanya mengambil tindakan cepat terhadap orang yang menggunakan platform mereka untuk menawarkan layanan kencan berbayar."
Gene mengatakan Grindr seharusnya menggunakan kedudukannya di komunitas gay untuk membicarakan soal gerakan anti-rasisme.
Sebelumnya, perusahaan tersebut sudah mengadakan kampanye yang menurut Gene seharusnya ada lanjutannya.
'Rasisme seksual' berbeda dengan selera
Seringkali penggunanya mengatakan ketidakinginan mereka terhadap beberapa kelompok ras sebenarnya hanya karena alasan pribadi, tentang apa yang mereka anggap menarik dalam diri calon pasangan.
Namun, ini sebenarnya adalah rasisme seksual.
Bronwyn Carlson, Profesor Studi Pribumi di Macquarie University yang meneliti bagaimana Penduduk Asli Australia menggunakan media sosial dan teknologi digital lainnya, termasuk aplikasi kencan.
Profesor Carlson mengatakan aplikasi kencan justru akan memperkuat masalah yang ada di masyarakat karena dengan menilai orang hanya dari penampilannya saja.
Di tengah memanasnya gerakan 'Black Lives Matter' awal tahun ini, aplikasi kencan bagi pria gay bernama Grindr mengumumkan akan menghapus filter etnisnya
- Master Bagasi Bikin Bangga Memakai Produk Indonesia di Mancanegara
- Telkomsel Sulap Aplikasi jadi Super App, Kenalkan 3 Fitur Hiburan
- Luncurkan Buku, Rudy Octave Bedah soal Indonesia Darurat Irama
- Dorong Inovasi Smart Manufacturing di Indonesia, Ericsson Gelar Hackathon 2024
- Dukung Ekonomi Kreatif, Aplikasi Oxone Premium Apps Diluncurkan Ulang
- Tak Hanya Temu, Aplikasi Ini Juga Mengancam UMKM