Ada Rasisme Seksual di Kalangan Pengguna Aplikasi Gay Grindr
"Cara beroperasi dari platform tersebut mendiskriminasi kelompok tertentu. Semua orang mengetahuinya," katanya.
Profesor Carlson berharap aplikasi kencan seperti Grindr dapat berbuat lebih banyak untuk mengatasi rasisme di platform mereka.
Namun dia meragukan pihak aplikasi kencan akan menganggap hal ini serius.
Ia juga menyoroti masalah dengan Grindr dan aplikasi kencan lain yang bermarkas di luar negeri dan tidak memiliki tim pengaduan atau diatur secara lokal.
"Orang yang menanganinya berada di luar negeri. Mereka melihat rasisme di negara mereka dengan konteks berbeda," katanya.
'Saya mulai berpikir tidak akan dapat pasangan'
Pria India-Australia, Prashant, berhenti menggunakan Grindr karena pengalamannya dengan rasisme seksual, yang langsung ia alami begitu bergabung untuk pertama kalinya.
"Saya mengharapkan orang lain untuk inklusif, menghormati satu sama lain. Tapi beberapa profil memiliki pernyataan seperti, 'Tidak untuk orang India, tidak untuk orang Asia, hanya untuk orang kulit putih'," katanya.
Di tengah memanasnya gerakan 'Black Lives Matter' awal tahun ini, aplikasi kencan bagi pria gay bernama Grindr mengumumkan akan menghapus filter etnisnya
- Master Bagasi Bikin Bangga Memakai Produk Indonesia di Mancanegara
- Telkomsel Sulap Aplikasi jadi Super App, Kenalkan 3 Fitur Hiburan
- Luncurkan Buku, Rudy Octave Bedah soal Indonesia Darurat Irama
- Dorong Inovasi Smart Manufacturing di Indonesia, Ericsson Gelar Hackathon 2024
- Dukung Ekonomi Kreatif, Aplikasi Oxone Premium Apps Diluncurkan Ulang
- Tak Hanya Temu, Aplikasi Ini Juga Mengancam UMKM