Ada Satu Pulau Disulap Jadi Pusat Spa

Ada Satu Pulau Disulap Jadi Pusat Spa
Ada Satu Pulau Disulap Jadi Pusat Spa
Saat ini, meski udara sangat menyengat di musim panas (sekitar 44?48 derajat Celsius), tingkat hunian hotel sangat penuh. "Musim panas okupansi hotel minimal 75 persen. Sebagian besar adalah wisatawan mancanegara," kata Kamal, general manager (GM) Hotel Al Raha, salah satu hotel berbintang lima di Abu Dhabi.

Pembangunan yang sangat pesat membuat kehidupan masyarakat Badui yang selalu bergerombol pindah dari satu gurun ke gurun lain (nomad) dengan menggunakan unta tak tampak lagi. Kini yang tampak jalan-jalan layang dengan tiga lajur hotmiks. Gurun pasir dibelah dengan jalan dan jembatan. Bahkan, pantai laut Arabia mulai diuruk. Ini hanya sebagian dari geliat Abu Dhabi untuk bersaing dengan negara modern lainnya.

Syekh Khalifa Al-Nahyan, presiden yang sekarang (pengganti ayahnya Syekh Zayed Al-Nahyan), tampaknya, punya taste yang futuristik. Ini bisa dilihat tak hanya di bidang pembangunan infrastruktur, tetapi juga pembangunan pusat kebudayaan. Bahkan, Kota Abu Dhabi disatukan dengan daerah pinggir teluk seperti Saadiyat Island, Corniche, South Beach, dan Wetland. Dengan demikian, tercipta satu kota yang komplet, baik di bidang bisnis (ekonomi) dan perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.

Abu Dhabi dibangun secara integral dengan daerah lain. Pembangunan tempat wisata berupa hotel mewah, resor, pusat kebudayaan, dan satu wilayah lain dijadikan tempat olahraga golf yang sudah hampir kelar (90 persen). "Paling lambat 2015 semua resor dan hotel tersebut selesai dibangun. Kini sudah 90 persen," ujar Mohamed Al Balooshi dari Abu Dhabi Tourism Authority (ADTA).

Keinginan Abu Dhabi menjadi negara modern sangat serius. Mereka tak tanggung-tanggung menghabiskan dirham untuk membangun peradaban baru. Berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News