Ada Thabrani di Gracilaria, Ada Hamzah di Cottonii

Ada Thabrani di Gracilaria, Ada Hamzah di Cottonii
Ada Thabrani di Gracilaria, Ada Hamzah di Cottonii
Setahun yang lalu, ketika saya menemui Hamzah, dia belum yakin apakah penemuannya akan berhasil. Tapi, saya terus mendorongnya untuk tidak menyerah. Dia minta waktu satu tahun untuk membuktikannya. Sebenarnya, seperti biasa, saya tidak sabar. Tapi, saya memaklumi tingkat kesulitannya. Apalagi, itu mesin yang terkait dengan makanan. Harus memenuhi kriteria dan standar yang lebih tinggi. Dan itu mesin pertama yang dilahirkan di Indonesia oleh anak muda Indonesia.

 

Saya terus berkomunikasi dengan Hamzah. Saya terus memonitor perkembangannya. Akhirnya saya dapat kabar baik. Minggu lalu uji coba pabriknya di Pasuruan dan berhasil. Benar-benar bisa menghasilkan karagenan. Dengan mutu yang tidak kalah dengan karagenan impor. Bahkan sedikit lebih baik.

 

Pabriknya memang kecil. Hanya bisa mengolah rumput laut jenis cottonii sebanyak 5 ton sehari. Tapi, 5 ton adalah jumlah yang sudah bisa dipakai untuk menampung hasil rumput laut satu kabupaten. Misalnya Kabupaten Bulukumba di Sulsel.

 

Rumput laut jenis cottonii, sebagaimana rumput laut di Brebes, memang pilihan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan para nelayan yang umumnya miskin. Lebih-lebih kalau lagi musim tertentu, ketika mereka tidak bisa melaut. Bank BRI kini telah membina nelayan rumput laut cottonii di Bulukumba, tapi ya baru sebatas untuk dijual ke pedagang.

 

BREBES, malam Minggu, pukul 22.00. Para petani rumput laut di Desa Randu Sanga masih bersila di halaman rumah tokoh masyarakat setempat. Laki-laki

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News