Ada yang Sejak 1949 Telateni Kopi

Ada yang Sejak 1949 Telateni Kopi
TELATEN - Setiap hari antara pukul 06.00-21.00 WIB, Michael Tjipto Martojo telah siap di belakang meja Eva Coffee House, untuk mengaudit keuangan dan stok barang. Foto: Pratono//Radar Semarang.
Meski usia sudah tak muda lagi, Tjipto masih mengawasi langsung usaha yang dia rintis. Dia masih tampak bugar, meski jika berjalan harus menggunakan bantuan walker atau dipapah. "Ya beginilah kalau sudah tua, sudah sulit digerakkan," ujar Tjipto sambil mengusap kakinya. Selain itu, ingatannya masih tajam dan mampu berbicara dengan jelas.

Setiap hari Tjipto masih ngantor. Dia bisa ditemui di belakang meja dekat kasir dengan buku catatan stok dan keuangan. "Saya biasa mulai duduk di sini jam 6 pagi sampai jam 9 malam," tuturnya.

"Ah, siapa bilang. Bapak biasanya jam 5 pagi sudah di situ," seloroh Petrus Canisius, putra ketiga, yang kadang ikut membantu Tjipto menjalankan usahanya. Mendengar "bantahan" putranya itu, Tjipto hanya tertawa lepas.

Sebenarnya, Tjipto tidak mengawali pekerjaannya sebagai petani kopi. Dia adalah anggota Tentara Pelajar Brigade 17. Semasa revolusi, sebagian waktunya dihabiskan untuk bertempur melawan penjajah di berbagai front pertempuran. Tak heran, dia mengantongi sejumlah penghargaan dari pemerintah seperti Bintang Gerilya, Pergerakan Kemerdekaan RI pertama dan kedua, Penumpasan PKI Muso di Madiun, Penumpasan APRA, Penumpasan RMS Ambon, Penumpasan DI/TII Kahar Muzakar, Penumpasan DI/TII Kartosuwiryo, Penumpasan DII/TII Amin Fatah Jateng, dan Penumpasan PRRI/Permesta.

MEREKA ini sudah puluhan tahun menggeluti bisnis kopi. Salah seorang di antaranya memulai usaha sejak 1954. Kini, ketika umurnya hampir 90 tahun,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News