Ada yang Sejak 1949 Telateni Kopi
Senin, 16 Agustus 2010 – 04:23 WIB

TELATEN - Setiap hari antara pukul 06.00-21.00 WIB, Michael Tjipto Martojo telah siap di belakang meja Eva Coffee House, untuk mengaudit keuangan dan stok barang. Foto: Pratono//Radar Semarang.
"Setiap ada turis mancanegara yang mendarat di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, dan berwisata ke Borobudur, pasti mereka mampir ke sini untuk coffee break," tambah Canisius. Selain itu, "iklan" dari mulut ke mulut para pengunjung yang puas setelah meregangkan otot dan minum kopi di tempat tersebut membuat nama Eva semakin dikenal.
Menurut Canisius, para pelanggan rata-rata puas dengan rasa kopi Eva. "Menurut mereka (pengunjung, Red), kopi tubruk yang disajikan tidak berbau langu (kurang sedap, Red)," ujarnya.
Tjipto menjelaskan, biji-biji kopi pilihan tersebut memang mendapatkan perlakuan khusus. Dia hanya menggunakan biji kopi yang benar-benar telah matang di pohon atau sudah berwarna merah. Standar itu diterapkan baik untuk biji kopi dari kebun sendiri maupun membeli kepada masyarakat sekitar.
Biji-biji hasil petik merah tersebut dicuci dengan bahan khusus dan diolah dengan mesin yang didatangkan langsung dari Belanda. "Tentu bahan khususnya apa, tidak akan saya beritahukan. Rahasia dong," ujarnya disambung dengan tertawa.
MEREKA ini sudah puluhan tahun menggeluti bisnis kopi. Salah seorang di antaranya memulai usaha sejak 1954. Kini, ketika umurnya hampir 90 tahun,
BERITA TERKAIT
- Soal Keluhan AS Terhadap Barang Bajakan di Mangga Dua, Kemendag Bilang Begini
- Sinarmas Investama Ajak Generasi Muda Melek Investasi Digital
- Sejumlah Tokoh Ikut Tenangkan Nasabah Bank DKI dan Imbau Tidak Kosongkan Rekening
- SPBH Milik PLN IP Bakal Jadi Kunci Penting Mewujudkan Transportasi Berbasis Hidrogen
- Talenta Unggul Mampu Memperkuat Hilirisasi Pertambangan
- Harga Emas Melonjak, Didimax Buka Edukasi Trading Gratis