Ada yang Sejak 1949 Telateni Kopi

Ada yang Sejak 1949 Telateni Kopi
TELATEN - Setiap hari antara pukul 06.00-21.00 WIB, Michael Tjipto Martojo telah siap di belakang meja Eva Coffee House, untuk mengaudit keuangan dan stok barang. Foto: Pratono//Radar Semarang.
Setelah tahap itu, biji kopi dicuci bersih dengan air, kemudian dijemur hingga kering. Melalui proses itu, lanjut Tjipto, biji kopi yang telah kering akan beraroma mirip mete. "Biji kopi kering ini juga mampu bertahan hingga 10 tahun," jelas veteran yang tercatat dengan nomor registrasi NPV 10.042.574 tersebut.

Kopi Eva tak hanya dijual dalam bentuk kopi seduh siap minum saja. Tjipto juga menjualnya bubuk, biji kopi, bahkan sirup. Sirup kopi Eva lebih praktis dan bisa disajikan dalam kondisi hangat maupun dingin. "Yang ini (sirup, Red) sangat praktis karena sudah manis dan tinggal diseduh saja. Mau panas atau dingin bisa," jelasnya.

Sebagian biji kopi yang digunakan kopi Eva berasal dari kebun sendiri. Tapi, karena banyaknya permintaan, Tjipto harus membeli dari kebun warga sekitar. Yang penting, biji tersebut harus dipetik merah. Dengan demikian, dia terus berusaha agar cita rasa kopi Eva tak berubah seiring berjalannya waktu. Ibaratnya, dulu ada orang yang menikmati kopi Eva dan sekarang datang lagi bersama cucunya, rasa kopi yang diminumnya tetap sama. (ton/jpnn/c7/kum)

MEREKA ini sudah puluhan tahun menggeluti bisnis kopi. Salah seorang di antaranya memulai usaha sejak 1954. Kini, ketika umurnya hampir 90 tahun,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News