Adegan Perkelahian, Tubuh Wayang pun Bisa Berdarah
Minggu, 27 Maret 2011 – 08:08 WIB
Sebagai pembuat wayang, Tizar bangga karena produknya sudah dipesan beberapa kali oleh sekolah-sekolah di Amerika Serikat (AS). Sekolah-sekolah Tiongkok bertaraf internasional di Jakarta pun kerap mengundangnya untuk tampil. Sayang, dalam daftar jadwal manggungnya, sama sekali tidak ada sekolah negeri atau swasta di Jakarta atau daerah lain yang mengundangnya.
Meski demikian, Tizar tidak mempersoalkannya. "Jadi, saya lebih dikenal di sekolah asing daripada sekolah dalam negeri," ujarnya sambil terkekeh.
Tizar sangat menekuni dan menikmati dunia tersebut karena sangat menggandrungi wayang sejak kecil. "Saya sering menonton pertunjukan wayang kulit betawi di pasar-pasar. Saat kecil, saya sering diajak ibu berjualan di pasar," tutur lelaki yang lahir dan tumbuh di Banten itu.
Kegandrungan terhadap wayang tersebut dia teruskan ketika beranjak dewasa. Saat itu dia mendalami kesenian pedalangan di sekolah nonformal di Taman Ismail Marzuki (TIM).
Di TIM, Tizar menimba ilmu kesenian kepada (alm) Arifin C. Noor. Di tempat itu pula, dia mendapatkan bekal kesenian yang luas. Bukan hanya pengetahuan tentang dunia pedalangan, tetapi juga ilmu teater dan seni peran. Dia mengaku satu angkatan dengan Dedi Mizwar saat itu. Tizar juga berlatih seni peran dengan (alm) Benyamin Sueb.
Diantara beberapa dalang yang berani menabrak pakem, Tizar Purbaya adalah salah satunya. Seperti halnya dalang wayang kulit Enthus Susmono asal Tegal
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara